Sukses

4 Hal tentang Dugaan Serangan Fajar yang Akan Dilakukan Bowo Sidik Pangarso

Belakangan diduga, amplop-amplop tersebut akan digunakan oleh Bowo Sidik Pangarso untuk serangan fajar Pemilu 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan atau OTT terhadap anggota DPR bernama Bowo Sidik Pangarso.

KPK pun turut mengamankan sejumlah barang milik Bowo Sidik Pangarso, termasuk 400 ribu amplop dalam 84 kardus yang disinyalir berisi sekitar Rp 8 miliar.

Belakangan, amplop-amplop tersebut akan digunakan oleh Bowo Sidik Pangarso untuk serangan fajar Pemilu 2019. Karena, anggota Komisi VI DPR fraksi Partai Golkar ini kembali maju dalam Pemilihan Legislatif atau Pileg.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan memastikan uang yang disita dalam OTT KPK itu tak ada kaitannya dengan Pemilihan Presiden atau Pilpres.

Berikut fakta-fakta di balik serangan fajar yang diduga akan dilakukan Bowo Sidik Pangarso dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Bukan Terkait Pilpres

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basaria Panjaitan memastikan uang yang disita dalam operasi tangkap tangan (OTT) terhadap anggota DPR RI Fraksi Golkar Bowo Sidik Pangarso (BSP) tak ada kaitannya dengan Pemilihan Presiden (Pilpres).

"Berdasarkan pemeriksaan terhadap BSP, tidak ada kaitannya degan calon nomor urut 01," ujar Basaria.

Basaria menegaskan, uang sekitar Rp 8 miliar yang telah dimasukan ke dalam amplop-amplop di 84 kardus itu akan digunakan untuk kepentingan Bowo dalam Pemilihan Legislatif (Pileg). Bowo akan kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR periode 2019-2024.

"Ini untuk serangan fajar dirinya yang akan kembali maju sebagai anggota DPR RI dapil Jateng II," kata Basaria.

Senada, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir juga memastikan, uang yang disita tersebut tidak ada kaitannya dengan Pilpres. Uang suap yang disita KPK diduga akan digunakan untuk serangan fajar pencalonan dirinya di Pileg.

"Hari ini saya tidak mau berasumsi, KPK sudah membuat statement bahwa tidak ada hubungan dengan Pilpres, tetapi Pileg," ujar Erick.

 

3 dari 5 halaman

2. Ada 84 Kardus

KPK menyita 400 ribu amplop dalam 84 kardus yang disinyalir berisi sekitar Rp 8 miliar dalam OTT Bowo Sidik Pangarso (BSP).

Penemuan uang tersebut bermula dari kecurigaan tim penindakan lembaga antirasuah pascamenangkap Bowo Sidik. Alhasil, usai membawa Bowo ke Gedung KPK, tim penindakan kemudian kembali turun untuk menemukan uang-uang yang diduga sudah diterima Bowo sebelumnya.

"Karena diduga penerimaan-penerimaan sebelumnya disimpan di sebuah lokasi di Jakarta, maka tim bergerak menuju sebuah kantor di Jakarta untuk mengamankan uang sekitar Rp 8 miliar dalam pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop pada 84 kardus," ujar Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 28 Maret 2019.

Basaria menegaskan, uang sekitar Rp 8 miliar yang telah dimasukan ke dalam amplop-amplop di 84 kardus itu akan digunakan untuk kepentingan Bowo dalam Pemilihan Legislatif (Pileg). Bowo akan kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR periode 2019-2024.

"Ini untuk serangan fajar dirinya yang akan kembali maju sebagai anggota DPR RI dapil Jateng II," kata Basaria.

 

4 dari 5 halaman

3. Bukan Hanya dari Satu Perusahaan

KPK memastikan uang Rp 8 miliar yang ditemukan saat OTT Bowo Sidik Pangarso bukan berasal dari satu perusahaan saja.

Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, uang yang akan digunakan oleh Bowo untuk 'serangan fajar' Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 ini diterima Bowo tak hanya dari PT. Humpuss Transportasi Kimia (PT. HTK).

PT HTK sendiri merupakan anak usaha dari PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS). Sekitar 99,9 persen saham PT HTK dimiliki PT HITS. Sementara PT HITS salah satu unit bisnis Humpuss Grup, perusahaan milik Hutomo Mandala Putera alias Tommy Soeharto.

"Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara ini (uangnya) tidak semuanya dari PT HTK. Nanti dari mana saja masih dalam pengembangan," ujar Basaria di Gedung KPK.

Basaria meyakini ada perusahaan atau pihak lainnya yang ikut menyuap Bowo. Menurut Basaria, total uang yang diterima oleh Bowo dari PT Humpuss sekitar Rp 1,3 miliar.

"Ada penerimaan-penerimaan lain. Tapi sudah barang tentu belum bisa kami informasikan sekarang. Nanti besok atau lusa," Basaria menambahkan.

 

5 dari 5 halaman

4. Amplop Akan Dibuka

Namun ada kejanggalan di balik 400 ribu amplop yang akan dijadikan serangan fajar untuk kepentingan Bowo di Pileg 2019. Bowo Sidik kembali maju sebagai calon legislator Senayan daerah pemilihan Jawa Tengah II.

Kejanggalan makin menguat saat tim Satgas KPK mengambil beberapa amplop dalam kardus dan memperlihatkannya kepada awak media.

Terlihat cap jempol berwarna hijau di ujung amplop tersebut.Awak media kemudian meminta kepada pihak KPK, dalam hal ini Basaria Panjaitan dan Juru Bicara KPK Febri Diansyah untuk kembali memperlihatkan amplop-amplop tersebut untuk menegaskan bahwa cap jempol tersebut tidak ada.

"Apa ada cap jempol? Kita pastikan tidak ada," kata Basaria.

Untuk memastikan, Ketua KPK Agus Rahardjo akan membuka semua amplop serangan fajar calon anggota legislatif dari Partai Golkar Bowo Sidik Pangarso. Hal tersebut untuk lebih memastikan apakah benar ada cap jempol di amplop-amplop tersebut.

"Kemarin kan kami buka random saja, ada yang isi Rp 20 ribu ada yang isi Rp 50 ribu. Semuanya akan kami buka," ujar Agus di Gedung KPK Kavling C1, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat, 29 Maret 2019.

Agus menyatakan, penyidik KPK akan mendalami lebih jauh terkait 400 ribu amplop tersebut.

"(Amplop) itu dibawa supaya teman-teman penyidik membuka kasus ini lebih jelas," kata Agus.

Saat dipertegas soal kebenaran adanya cap jempol di 400 ribu amplop tersebut, Agus menyatakan akan menelisiknya. "Saya pas dilaporin enggak ada (cap jempol) ya. Nanti saya (tanya) lagi," kata Agus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.