Sukses

Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Tak Ada Potensi Tsunami

Dari hasil evaluasi seismik dan data visual PVMBG, Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam fase erupsi.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada pukul 10.17 WIB. Tinggi kolom abu mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak.

Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau ESDM memantau kolom abu Gunung Anak Krakatau teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah utara dan timur laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan berdurasi sekitar 2 menit 8 detik.

Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar menegaskan, erupsi itu tidak berdampak pada potensi tsunami. Hal ini berdasarkan analisis data yang dipegang ESDM.

"Tidak ada potensi terjadinya tsunami yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau," tegas Rudy di Jakarta, Kamis (3/1/2019).

Dari hasil evaluasi seismik dan data visual PVMBG, Gunung Anak Krakatau saat ini masih dalam fase erupsi. Di samping itu masih terekam kegempaan di stasiun seismik di Pulau Sertung berupa gempa-gempa letusan, embusan, dan tremor menerus dengan amplitudo maksimum dominan 7 mm.

"Tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih Siaga (level III) dan erupsi masih terjadi sehingga masih terdapat ancaman berupa lontaran material letusan, sehingga direkomendasikan untuk tidak mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Retakan di Gunung Anak Krakatau

Area yang dibatasi itu adalah Pulau Rakata, Pulau Sertung, Pulau Panjang. "Status siaga ini hanya berlaku untuk aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau," ucap Rudy.

Pada 26 Desember 2018 terjadi letusan besar yang menyebabkan longsoran besar yang menghancurkan seluruh puncak Gunung Anak Krakatau, sehingga tingginya yang semula 338 meter berkurang hingga hanya lebih kurang 110 meter di atas permukaan laut. Runtuhnya seluruh puncak dan sebagian besar tubuh tersebut tidak menimbulkan tsunami.

"Adapun yang disinyalir sebagai adanya retakan di lereng Gunung Anak Krakatau, hal itu merupakan sisa-sisa dari proses runtuhan yang disebabkan letusan 26 Desember 2018, dan itu adalah hal yang wajar di dalam letusan gunung api. Tidak perlu dikhawatirkan," tandas Rudy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.