Sukses

BSMI: Korban Tsunami Selat Sunda Butuh Ahli Bedah dan Ortopedi

Relawan BSMI telah membentuk tim rescue dan menerjunkan relawan di wilayah tsunami Banten dan Lampung.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menyatakan para pengungsi korban tsunami Selat Sunda hingga kini masih memerlukan banyak tenaga tambahan dokter, khususnya spesialis bedah dan ortopedi.

Koordinator Lapangan BSMI Banten, Mangaraja Victor mengatakan selain dokter spesialis bedah dan orthopedi, para korban tsunami juga memerlukan dokter umum dan perawat untuk diperbantukan ke Puskesmas setempat dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

"Pengungsi membutuhkan dokter ahli, karena banyak yang mengalami luka serius. Karena itu ahli bedah dan ortopedi sangat dibutuhkan," ucap Victor dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (29/12/2018).

Selain banyak membutuhkan tenaga medis, para pengungsi juga membutuhkan obat-obatan, alat kesehatan, popok bayi dan dewasa, makanan siap saji, baju bayi, selimut dan tenda pengungsi.

"Kami di sini juga membutuhkan kantong jenazah," ucap Victor seperti dilansir dari Antara.

Relawan BSMI telah membentuk tim rescue dan menerjunkan relawan di wilayah tsunami Banten dan Lampung Selatan.

Victor mengatakan sejauh ini, tim medis BSMI sudah menerjunkan relawan dari berbagai wilayah untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban tsunami di Puskesmas Carita, Banten.

Sementara tim assesment melakukan penyusuran di kawasan terdampak bencana seperti di Tanjung Lesung, Panimbang dan Sumur. BSMI, lanjutnya, yang berada di Posko Induk BSMI Banten, juga mendirikan Posko Induk di Kampung Tarogong, Desa Margasana, Pagelaran, Pandeglang, Banten.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mulai Terserang ISPA

Hampir seminggu pascatsunami Selat Sunda, beberapa pengungsi korban tsunami di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten mulai terserang infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare.

Menurut salah satu pengungsi di di Pos Pengungsian Kementerian Sosial GOR Futsal Labuan, Rohayah, kemungkinan penyakit ISPA timbuk karena minimnya perilaku hidup bersih dan sehat serta kondisi pengungsian yang tidak layak huni.

Kami sudah dua hari terakhir mengalami batuk dan pilek serta sesak," kata Rohayah seperti mengutip Antara, Sabtu (29/12/2018).

Selain masalah pernapasan, Rohayah dan beberapa pengungsi juga mengalami gangguan pencernaan sehingga mengalami diare dan sakit perut. "Saya dan dua anak menalami batuk-batuk dan pilek, juga terkadang diare."

Menurut salah seorang sukarelawan, Heni, tempat pengungsian dirasa tidak layak ditambah kotor. Bisa tercium juga bau menyengat di sekitar lokasi pengungsian.

"Kami meminta pemerintah dapat mencari tempat yang bersih dan layak huni agar terhindari dari penyakit menular," tandas Heni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.