Sukses

5 Gempa Ini Gemparkan Indonesia Sejak Awal Tahun 2000 Silam

Liputan6.com mencatat, setidaknya ada 5 bencana gempa dan tsunami menghantam Indonesia sejak awal tahun 2000-an silam.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terletak pada tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Indonesia juga dikenal dengan negara cincin api. Hal itu lantaran Indonesia terletak di cincin api atau lingkaran api Pasifik.

Oleh karenanya, tidak heran jika kerap kali bencana gempa dan tsunami meluluhlantakkan Ibu Pertiwi yang kita cintai ini. Bukan hanya sekali, gempa bumi seringkali mengguncang Indonesia.

Selain gempa bumi, beberapa kali juga terjadi tsunami setelah gempa yang menggoyang. Bencana gempa dan tsunami pun merenggut nyawa bangsa Indonesia begitu saja.

Mereka harus rela kehilangan sanak saudara, bahkan suami, istri, dan anak tercinta yang digulung oleh ganasnya tsunami.

Liputan6.com mencatat, setidaknya ada lima bencana gempa dan tsunami yang menghantam Indonesia sejak awal tahun 2000-an silam.

Berikut rentetan kepiluan gempa dan tsunami yang menghancurkan Indonesia tercinta dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Gempa dan Tsunami Aceh

Tepat 14 tahun lalu atau 26 Desember 2004 silam, guncangan gempa dan hantaman tsunami menghancurkan Aceh. Kota yang juga disebut Serambi Mekkah itu diadang gelombang tsunami tanpa ampun.

Tsunami yang didahului gempa berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR) tersebut menelan korban ratusan ribu jiwa, juga memporak-porandakan sarana publik. Aceh pun kala itu lumpuh.

Ada beberapa kejadian unik pada tsunami Aceh. Di antaranya Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh menjadi salah satu bangunan yang tetap kokoh berdiri meski diterjang gelombang tsunami.

Masjid tersebut relatif masih utuh dibandingkan dengan bangunan di sekitarnya yang hancur akibat tsunami. Masjid terlihat berdiri tegak dikelilingi oleh puing-puing bangunan yang terseret ombak.

Selain itu, Kapal PLTD Apung I terseret ombak dan terdampar di daratan, di wilayah Desa Punge, Blang Cut, Jaya Baru, Banda Aceh. Ukuran kapal ini lebih besar daripada kapal kayu yang terdampar di atap rumah. Bangkai kapal ini kemudian dijadikan tempat wisata. Monumen peringatan tsunami pun dibangun di lokasi kapal ini.

Banyak orang yang berusaha menyelamatkan diri hingga akhirnya dapat bertahan hidup. Namun, lebih banyak pula yang harus tunduk pada dahsyatnya hantaman tsunami kala itu.

 

3 dari 6 halaman

2. Tsunami Pangandaran

Gempa tektonik berkekuatan 6,8 Skala Richter (SR) terjadi di dekat Pantai Pangandaran, Ciamis, Jawa Barat, sekitar pukul 15.00 WIB pada Senin, 17 Juni 2006.

Pusat gempa berada 60 kilometer di lepas pantai Samudra Hindia pada kedalaman 33 kilometer di bawah laut. Getaran gempa yang begitu kuat juga dirasakan warga di Bandung, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa terjadi karena pergerakan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Laporan terakhir dari BMKG menyebutkan telah terjadi enam kali gempa susulan berkekuatan 4,9 hingga 6,1 Skala Richter. Dua kampung di Pangandaran barat juga dinyatakan tenggelam akibat hantaman tsunami.

Bencana tsunami Pangandaran sedikitnya telah merenggut nyawa 665 orang, 65 hilang dan 9.299 lainya luka-luka menurut data dari WHO.

 

4 dari 6 halaman

3. Gempa dan Tsunami Mentawai

Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR mengguncang Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat pada Senin, 25 Oktober 2010 silam sekitar pukul 21.42 WIB.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada pada posisi 3,61 Lintang Selatan dan 99,93 Bujur Timur.

Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer dari permukaan laut. Lokasi tersebut berada 78 kilo meter di sebelah barat daya Pagai Selatan, Mentawai. Tsunami datang tak lebih dari tujuh menit.

Dan seketika, Mentawai luluh lantah. Tragedi itu menyebabkan lebih dari 500 jiwa meregang nyawa dan 20 orang lainnya hilang. Bukan cuma itu, hampir seribu rumah, sekolah, dan tempat ibadah hancur.

 

5 dari 6 halaman

4. Tsunami Palu dan Donggala

Tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 28 September 2018 lalu begitu mengejutkan. Gempa magnitudo 7,4 seharusnya tidak memicu tsunami yang tinggi dan sangat merusak.

Detik-detik menjelang peringatan HUT ke-40 Kota Palu pada Jumat, 28 September 2018 buyar. Tsunami menerjang semua persiapan perayaan di bibir pantai. Kota Palu dan Donggala pun porak-poranda.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, hingga saat ini terdapat 1.234 orang dinyatakan meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Dia menyebut korban tersebut tersebar di kota dan kabupaten berdampak gempa dan tsunami, yakni Palu, Kabupaten Donggala, Kabupten Sigi, dan Kabupaten Parigi Mutong.

"Korban yang kita pilah-pilah, totalnya 1.234 orang meninggal yang berasal dari dampak gempa bumi. Terutama reruntuhan bangunan dan terjangan dari tsunami," kata Sutopo di kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa, 2 Oktober 2018.

Hingga Senin, 1 Oktober 2018 pukul 11.00 WIB, telah terjadi 254 gempa susulan di Sulawesi Tengah. Meski getarannya mulai menurun, sembilan di antaranya masih dirasakan warga.

"Kalau dari tren, 254 gempa susulan kekuatannya menurun ya, mudah-mudahan tidak seperti di Lombok. Kalau di Lombok itu mengecil, tapi tiba-tiba muncul gempa lagi di segmen sebelahnya. Kita doa tidak ada gempa susulan yang lain. Bila rasakan gempa, keluar cari tempat yang aman," pungkas Sutopo.

 

6 dari 6 halaman

5. Tsunami Senyap di Selat Sunda

Yang baru saja terjadi dan begitu menggemparkan adalah tsunami Selat Sunda pada Sabtu malam, 22 Desember 2018. Bencana tersebut cukup mengagetkan lantaran tak ada peringatan seperti sesaat setelah terjadi gempa tektonik berpotensi tsunami.

Tsunami Selat Sunda diperkirakan menelan korban jiwa lebih dari 430 orang dan melukai 1.000 lebih warga. Bencana itu juga merusak banyak rumah di Pandeglang dan Serang, Provinsi Banten, serta Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian memastikan tsunami yang menerjang Banten dan Lampung dipicu oleh erupsi vulkanik Gunung Anak Krakatau, gunung yang terbentuk setelah letusan besar Krakatau pada 1883 lampau.

Sebanyak 21.991 orang mengungsi akibat terdampak tsunami Selat Sunda. Pengungsi itu tersebar di Kabupaten Pasawaran dan Lampung Selatan, Lampung, serta Kabupaten Serang dan Pandeglang, Banten.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, sebagian besar pengungsi berada di Kabupaten Pandeglang. Ada 17.477 warga terdampak tsunami yang mengungsi di wilayah tersebut.

BNPB kemudian merekomendasikan masa tanggap darurat daerah terdampak tsunami Selat Sunda selama 14 hari terhitung sejak 22 Desember 2018 sampai dengan 4 Januari 2019. Namun, itu hanya untuk wilayah terdampak paling parah yakni Kabupaten Pandeglang, Banten.

"Oleh karena itu di Pandeglang masa tanggap darurat 14 hari," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Selasa, 25 Desember 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.