Sukses

HEADLINE: Pemuda Muhammadiyah di Tangan Nakhoda Baru, Lebih Independen?

Jejak Dahnil yang merapat ke Prabowo awalnya dianggap bisa diikuti kader Pemuda Muhammadiyah. Kini organisasi itu netral dalam Pilpres 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Tok, tok, tok..! Ketukan palu pimpinan sidang menandakan Sunanto sah menjadi nakhoda baru Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Dia mengantongi 590 suara. Sementara lima rivalnya tersingkir dalam pemilihan yang berlangsung Kamis dini hari, 29 November 2018.

Cak Nanto, begitu ia biasa disapa, berjanji tak akan menyeret organisasi ini masuk dalam politik praktis. Langkah itu sebagai wujud nyata untuk menjaga khittah dan marwah Persyarikatan Muhammadiyah.

Sikap Pemuda Muhammadiyah itu, menurut Pengamat Politik Adi Sucipto, sudah sesuai dengan pendirian induk organisasinya, Muhammadiyah. Dalam Pilpres 2019, lembaga yang dicetuskan Ahmad Dahlan itu menyatakan tak memihak kepada pasangan calon mana pun alias netral.

"Dia akan menjaga independensi Muhammadiyah sebagai organisasi umat. Tidak akan ikut tertarik dalam dunia politik apa pun," kata Adi kepada Liputan6.com, Kamis (29/11/2018).

Dia meyakini Cak Nanto memiliki komitmen kuat dalam memegang sikap politiknya tersebut. Terlebih, alasan yang diungkapkan mengacu pada menjaga nama baik lembaga yang dipimpinnya.

"Dia bilang berkomitmen akan konsisten Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi kepemudaan, yang tidak terlibat politik praktis, bukan partisan. Langkah itu demi menjaga marwah organisasi," ujar Adi.

Infografis Ganti Nakhoda dan Sikap Politik Pemuda Muhammadiyah. (Liputan6.com/Triyasni)

Karena tak memberikan fatsun politik kepada salah satu calon, suara pemuda Muhammadiyah dinilainya akan terbelah. Mereka ada yang melabuhkan pilihan ke Jokowi dan ada pula yang memihak Prabowo.

"Karena memang banyak juga kader-kader Muhammadiyah itu tidak ke PAN. Misalnya Sekjen Perindo Ahmad Rofiq, kan relatif muda itu, kemudian Yayan Sopyan dia caleg PDIP. Itu artinya sejak awal kader Muhammadiyah tidak bulat ke PAN atau ke partai-partai yang mendukung Prabowo," jelas Adi.

Atas sikap netralnya itu, ruang kosong ini akan menjadi magnet bagi para pasangan calon untuk menggaet hati kader Pemuda Muhammadiyah pada Pilpres nanti. Namun kedua paslon juga dituntut memiliki jurus jitu dalam menggaet suara mereka.

"Dengan dibebaskannya aktivis pemuda Muhammadiyah ini, tergantung (para paslon) melakukan pendekatan saja. Intinya yang penting Pemuda Muhammadiyah tidak partisan, tidak mendukung salah satu calon, dan membebaskan (orangnya)," ujar Adi.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. (Merdeka.com)

Dia menegaskan, kondisi ini akan menjadi tugas berat bagi kedua pasangan calon, terlebih kubu Prabowo-Sandiaga. Perlu upaya maksimal untuk meyakinkan kembali setelah adanya kedekatan emosional dengan pucuk pimpinan sebelumnya.

"Harus meyakinkan ulang. Karena komposisi struktur berubah, struktur di bawah berubah, pola komunikasinya juga berubah, kebijakan-kebijakan berubah. Kalau dulu Pemuda Muhammadiyah sedikit agak relatif ke Prabowo karena melihat Dahnil. Kan ngekor. Sekarang ini kan ketumnya (Cak Nanto) enggak mengikuti siapa-siapa," terang dia.

Jadi, lanjut dia, kader-kader di bawah tidak memiliki kewajiban moral untuk mendukung salah satu paslon. "Kalau dulu enggak enak kalau enggak dukung," ucap dia.

'Kekhawatiran' organisasi Pemuda Muhammadiyah terseret dalam politik praktis sebelumnya disuarakan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK. Dalam sambutan di pembukaan Muktamar, JK meminta kader Pemuda Muhammadiyah bersikap netral dalam politik. Mereka tidak perlu mengekor atas sikap Dahnil Anzar yang mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga.

"Jadi walau Saudara Dahnil ini dipihak nomor dua, tidak berarti Pemuda Muhammadiyah harus semua ikut kebijakan politik itu," kata JK di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (26/11/2018).

Wapres Jusuf Kalla membuka Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta.

Wapres mengatakan, walaupun di depannya Dahnil dan Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir duduk berdampingan, bisa saja dalam berpolitik berbeda. Hal itu menurut JK yang dimaksud demokrasi yang baik. Bukan dengan itungan angka.

"Demokrasi adalah bagaimana mencapai kemajuan. Bagaimana paling bisa memajukan bangsa ini. Itulah yang jadi hak politik masyarakat dan hak asasi kita untuk yang terbaik guna kemajuan bangsa ini," ungkap JK.

Walaupun berbeda pilihan saat di bilik suara nanti, JK berharap di tahun politik suasana kondusif dapat terus dijaga. Dengan niat, kata dia, untuk memajukan bangsa.

"Kita mempunyai hak seperti itu. Generasi muda harus menggunakan haknya. Karena hak itu adalah milik anda untuk cara satu-satunya memajukan bangsa," ucap JK.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jauhi Politik Praktis

Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Cak Nanto menegaskan, organisasinya akan tetap berada pada khittahnya dalam menjaga marwah Muhammadiyah. Ia tidak ingin menodai proses panjang suksesi ini dengan gerakan dukungan ke salah satu paslon di Pilpres 2019.

Namun begitu, lanjut dia, ruang politik juga tetap perlu diisi dengan keadaban dan kebajikan. Semua kader jangan pernah berpangku tangan dan menunggu untuk memajukan bangsa.

Dalam perjalanannya ke depan, Cak Nanto menyatakan akan memperkokoh Pemuda Muhammadiyah berada dalam tenda besar tauhid, ilmu, dan amal. Pemuda Muhammadiyah akan terus bergerak memajukan bangsa.

"Kemajuan, dalam komitmen saya juga terletak pada kemajuan dan kesuksesan dalam berkepribadian" ujar dia dalam keterangannya, Kamis (29/11/2018).

Tahun politik saat ini diakui sebagai kondisi yang berat di awal kepemimpinannya. Dia pun meminta semua kader Pemuda Muhammadiyah untuk bersikap seimbang. Tak berat sebelah dengan semua partai politik dan calon presiden.

"Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah dan kultural. Tidak boleh menyeretnya kepada kepentingan politik pragmatis. Individu-Individu silakan, itu pilihan, tapi jangan bawa-bawa nama besar Muhammadiyah," ucap dia.

Ketua MPR Zulkifli Hasan berharap Muktamar Pemuda Muhammadiyah Ke XVII di Yogyakarta bisa memperkokoh kebersamaan dan jati diri pemuda Muhammadiyah

Terkait prestasi yang ditorehkan Dahnil, Cak Nanto mengakui hal itu harus tetap dijaga. Ia siap menguatkan dan mempertahankan nama besar Pemuda Muhammadiyah.

"Saya akui sangat luar biasa. Saya secara pribadi mengucapkan terima kasih ke Bang Dahnil dan saya juga menjadi bagian nama besarnya Muhammadiyah. Dan saya sama Sukron juga menjadi pengurusnya Bang Dahnil. Jadi sebenarnya saya ucapkan terima kasih yang sudah berkiprah. Mungkin, Muhammadiyah tidak bisa membalas sebesar apanya, tetapi pasti banyak dikenang dengan gerakan-gerakan (era) Bang Dahnil," terang Cak Nanto.

Atas terpilihnya nakhoda baru itu, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak berharap Cak Nanto memberikan hasil maksimal dari dirinya.

"Ada kandidat-kandidat yang tentu jauh lebih baik dari saya. Mereka bisa membawa Pemuda Muhammadiyah lebih melesat dan mencerahkan," kata Dahnil di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Bantul, DIY, Rabu 28 November 2018.

Ia berharap Cak Nanto mampu memajukan Pemuda Muhammadiyah. Tugas dakwah sesuai amar ma'ruf nahi munkar harus terus dijaga. Sebab dakwah merupakan tugas bagi generasi muda dan harus terus dilakukan.

"Dari Pemuda Muhammadiyah, harus berani amar ma'ruf nahi munkar, dakwah kemanusiaan dan dakwah sosial kemasyarakatan dan elektualitas," kata dia.

Harapan yang sama juga disuarakan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Dia menilai, terpilihnya Cak Nanto sebagai pucuk pimpinan Pemuda Muhammadiyah sebagai bukti kedewasaan dalam tubuh organisasi tersebut. Selain itu, multikulturalisme juga sudah menyatu dalam pergerakannya.

"Dua periode Pemuda Muhammadiyah dipimpin putera Batak, sekarang dipimpin putera Madura. Itu juga menjadi bukti sebaran Muhammadiyah sebagai gerakan integrasi nasional dan keindonesiaan yang sejati,” ungkapnya," ujar Abdul Mu'ti.

 

3 dari 3 halaman

Singkirkan Lima Kandidat

Sejak pagi, peserta muktamar Pemuda Muhammadiyah memadati area Sportstarium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu 28 November 2018. Hari itu, muktamirin akan mengikuti agenda super penting, memilih pengganti Dahnil Anzar Simanjuntak.

Proses pemilihan yang berlangsung secara tertutup itu diikuti ribuan peserta yang memiliki hak suara. Mereka akan memilih satu dari enam kandidat untuk didapuk sebagai Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah.

Keenam kandidat itu adalah Ahmad Fanani, Ahmad Labib, Andi Fajar Asti, Faisal, Muhammad Sukron, dan Sunanto. Namun dalam prosesnya, Ahmad Labib bergabung dengan Andi Fajar Asti serta Faisal. Sedangkan Sunanto berkoalisi dengan Muhammad Sukron. Sementara Fanani, bertarung sendiri.

Sebelum pemungutan suara berlangsung, masing-masing calon memaparkan visi-misinya. Mereka mengungkapkan ragam program untuk mengambil hati para peserta muktamar.

Para peserta berharap jagoannya dapat memenangkan pertarungan lima tahunan ini.

"Kami di beberapa kabupaten, satu suara untuk memenangkan Fanani. Harapannya ke depan siapa pun nanti yang terpilih, Pemuda Muhammadiyah semakin maju, berintegritas dan berwibawa," kata Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Tegal Muhammad Heri Susanto di UMY, Rabu 28 November 2018.

Berbeda dengan Jawa Tengah, untuk Jawa Timur suara lebih mengarah ke Sunanto dan Ahmad Labib. Pertimbangannya, Sunanto atau Cak Nanto dianggap lebih menonjol pada sisi ekonominya.

Ekspresi Dahnil Anzar Simanjuntak (kiri) saat memberi penjelasan dalam diskusi publik di kantor staff presiden, Jakarta, Kamis (7/9). Dalam kesempatan itu, Dahnil Anzar menyarankan agar pejabat dan politisi belajar Pancasila. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Fanani tidak semenonjol di ekonomi. Di daerah itu mengharapkan pemberdayaan. (Cak Nanto) Lebih cenderung dalam menggerakkan organisasi dalam program UMKM," tutur Sekretaris PDPM Kabupaten Lamongan Ali Ahmadi.

Alhasil, dalam pemilihan, Sunanto unggul dengan mengantongi 590 suara. Sementara Ahmad Labib meraih 292 suara, Ahmad Fanani 266 suara, Faisal dan Muhammad Sukron masing-masing dua suara, dan Andi Fajar Asti nol suara.

Usai dipercaya menjadi ketua umum, Cak Nanto mengumumkan 12 formatur terpilih. Mereka adalah Horo Wahyudi, Muhammad Sukron, Nugroho Noto, Zulfikar Atawala, Mukayat Al Amin, Gusman, Ilham Pratama, Razikin, Sandroa, Rahmatullah Baja, Zaidi Bastur dan Ali Mutohirin.

Bersama ketua umum terpilih, formatur ini nantinya bertugas menyusun kepengurusan Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah masa periode 2018-2022. Cak Nanto dalam keputusannya juga memutuskan Zulfikar Atawala, sebagai Sekretaris Jenderal (sekjen) PP Pemuda Muhammadiyah.

"Semoga kita bisa bekerja sama dan membangun demi kemajuan PP Pemuda Muhammadiyah kedepan," ucap Cak Nanto.

Selain itu, dia juga kembali menegaskan bahwa Pemuda Muhammadiyah tetap berada pada khitttohnya. Tawaran politik akan ditolaknya demi menjaga marwah organisasi.

"Bagi saya ini adalah komitmen saya mencalonkan diri sebagai ketua umum Pemuda Muhammadiyah. Kepemimpinan ini harus dijalankan sampai periode selesai," tegas dia.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.