Sukses

Kemiringan Sisi Lion Air PK-LQP Jatuh di Karawang Beda 20 Derajat

Investigator KNKT menyebut, pada saat terbang, kopilot Lion Air sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat.

Liputan6.com, Jakarta - Kemiringan pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang di kiri dan kanan sisi badan berbeda 20 derajat.

"Kotak hitam flight data recorder (FDR) merekam adanya perbedaan antara angle of attack kiri dan kanan sekitar 20 derajat yang terjadi terus menerus sampai dengan akhir rekaman," ungkap Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Subkomite Penerbangan Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers pengumuman preliminary report investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Nurcahyo menjelaskan, sesaat pesawat udara sebelum lepas landas (rotation), stick shaker pada control column sebelah kiri aktif. Ini terjadi pada hampir seluruh penerbangan.

"Stick shaker ini pemberi peringatan atau rangsangan yang memberikan input kepada pilot bahwa indikasi pesawat akan stall," katanya, seperti dilansir dari Antara. 

Dia menambahkan angle of attack (AoA) sebelah kiri lebih besar dari sebelah kanan.

"Ini yang akan kita cari tahu apakah korelasinya antara AoA, stick shaker dengan kondisi akan stall. Apa yang harus dilakukan pilot agar pesawat kembali ke aliran udara," tambah Nurcahyo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pesawat Stall

Stall adalah kondisi pesawat kehilangan daya angkat ketika sudut kritis serangan melampaui 15 derajat.

Nucahyo menyebut, pada saat terbang, kopilot sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat udara yang ditampilkan pada layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan (ATC Airnav).

Kopilot juga melaporkan masalah kendali pesawat flight control problem kepada radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan.

Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam trim aircraft nose down otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali trim aircraft nose down otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan.

Pada pukul 23.32 UTC atau 6.32 WIB, FDR berhenti merekam data. Tim investigasi akan melakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing.

"Tim investigasi juga telah mendapatkan quick access recrder (QAR) untuk dilakukan analisis lebih lanjut," kata Nurcahyo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.