Sukses

Saat Wali Kota Airin Main Lenong Bareng Bolot dan Narji

Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, bermain lenong. Apa jadinya ya? Dia pun beradu akting dengan pelawak senior Bolot dan Narji di atas panggung.

Liputan6.com, Tangerang - Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany, bermain lenong. Apa jadinya ya? Dia pun beradu akting dengan pelawak senior Bolot dan Narji di atas panggung. 

Mengenakan kebaya encim berwarna biru tua dengan motif kembang-kembang di bagian depan, Airin tampak cantik di atas panggung. Penonton bersorak ketika wali kota cantiknya itu keluar untuk bermain lenong. 

Airin sempat menyapa penonton mengawali penampilannya. "Penonton! Warga Tangsel, apa kabar? Sehat kan ye? Alhamdulillah," teriaknya yang dijawab kompak penonton. 

Dialog demi dialog pun membuat hidup sajian lenong khas tanah jawara. Terlebih settingan yang diambil adalah Kota Tangsel zaman dulu, lengkap dengan backdrop rumah Betawi yang dikenal dalam film Si Doel Anak Sekolahan. 

Apalagi pada saat Bolot diajak ngobrol dengan Narji, dia berakting tidak dengar alias bolot. Namun, saat Airin mengulang kembali dialog atau pertanyaan yang sama, barulah Bolot mendengarkan. 

"Dia kebiasaan, kalau cewek cakep nyang ngomong baru mudeng, denger. Giliran gua, kagak!" timpal Narji yang disambut gelak tawa ratusan penonton. 

Seperti biasa, Bolot hanya tertawa polos sembari terus menatap Airin lantaran terpesona. Airin yang asli keturunan tanah Parahiyangan sempat bergurai menggunakan bahasa Betawi dengan apik. 

Abdul Karim, pembuat naskah lenong Betawi berjudul "Jawara di Tanah Tersingkir" mengatakan, sengaja mengajak Airin dan pejabat lainnya dalam pementasan kali ini. 

"Judulnya Jawara di Tanah Tersingkir. Ceritanya tentang keberadaan orang-orang Betawi yang makin terpinggirkan. Setting ceritanya Tangsel zaman dulu," kata Karim, Minggu (18/11/2018).

Dalam lakon itu, Airin berperan sebagai istri Gubernur Banten Wahidin Halim bernama Farida. Sedang Gubernur Banten memerankan tokoh H Sukur, seorang tuan tanah yang dermawan. Mereka punya anak bernama Fatimah.

"Sosok Fatimah ini diperankan oleh Haskia, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Kota Tangsel, yang juga anggota Lembaga Kebudayaan Betawi (LBB)," paparnya.

Cerita berawal dari penculikan Fatimah oleh gerombolan si Jabrik, jawara suruhan tuan tanah jahat. Tidak kalah sangar, pemeran tokoh utama penjahat ini Dandim 0506/Tangerang Letkol Inf Faisol Izuddin Karimi.

"Si Jabrik punya empat anggota, yakni si Japra (Ketua Bamus Betawi Tangsel H Toto), Gopar (Kapolres Tangsel AKBP Ferdi Irawan), Rustam (Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta), dan Gareng (panitia)," jelasnya.

Selain menjadi anak buah si Jabrik, Japra ternyata orang H Sukur yang menyusup ke dalam kelompok Jabrik yang melaporkan setiap kegiatan dan aktivitas kelompok itu.

"Jadi, penculikan itu dilakukan karena H Sukur tidak mau menjual tanahnya kepada tuan tanah jahat. Tetapi karena H Sukur tidak mau menjual, maka Fatimah diculik, sebagai jaminan tanahnya," sambungnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wagub Banten Ikut Main

Peristiwa penculikan itu dengan cepat tersebar luas. Akibatnya, banyak jawara dari lain kampung yang berkumpul ingin membantu H Sukur membebaskan Fatimah.

"Rombongan jawara ini dipimpin oleh Rahman yang diperankan Brigjen Pol Drs Anang Syarif Hidayat. Dia punya anggota empat orang, yakni Yasin, Sapri, Usman dan Mansur, serta ustaz Subhan," ungkapnya.

Yasin sendiri, diperankan oleh Sekda Tangsel Muhammad, Sapri oleh Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Usman oleh Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumi, dan Mansur oleh mahasiswa UIN Ciputat.

"Singkat kata, terjadilah perkelahian antara gerombolan Jabrik dengan kelompok jawara Rahman, dan Fatimah akhirnya bisa diselamatkan oleh mereka," sambungnya.

Hebatnya, dalam memerankan lakonnya ini para pejabat yang tampil tidak pernah latihan. Mereka hanya membaca naskah yang dikirimkan kepada panitia dan melakukan improvisasi di atas panggung.

"Tidak ada latihan silat dan naskah. Tapi mereka kita berikan naskah. Nanti mereka akan melakukan improvisasi. Adegan berkelahinya, mulai dari penculikan, sampai pembebasan sandera," ungkap Karim lagi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.