Sukses

89 Korban Lion Air Jatuh di Karawang Teridentifikasi

Tim DVI kembali mengidentifikasi empat jasad korban Lion Air yang jatuh pada Senin 29 Oktober 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri hingga Rabu 14 November 2018 berhasil mengidentifikasi 89 korban kecelakaan pesawat Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.

"Hingga saat ini, penumpang yang telah teridentifikasi sebanyak 89 penumpang dengan rincian laki-laki 66 orang dan perempuan 23 orang. Adapun jenazah yang berhasil teridentifikasi hari ini semua berdasarkan tes DNA," kata Kepala RS Polri Keramatjati, Brigjen Pol Musyafak.

Seperti dilansir Antara, Musyafak menyatakan, Tim DVI kembali mengidentifikasi empat jasad korban Lion Air yang jatuh pada Senin 29 Oktober 2019. 

Empat korban kecelakaan yang jasadnya berhasil diidentifikasi pada Rabu 14 November 2018 atas nama Robert Susanto (laki-laki, 56 tahun), Nikky Bagus Susanto (laki-laki, 35 tahun), Shella (perempuan, 25 tahun) dan Zuiva Puspita Ningrum (perempuan, 39 tahun).

Pesawat Lion Air JT 610 tipe Boeing 737 Max 8 bernomor registrasi PK-LQP jatuh di perairan Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada 29 Oktober setelah dilaporkan hilang kontak.

Pesawat yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta (Banten) menuju Bandara Depati Amir Pangkalpinang (Bangka Belitung) itu membawa 189 orang, yang terdiri atas penumpang serta pilot dan awak pesawat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

CVR Belum Ditemukan

Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP belum ditemukan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga alat tersebut rusak saat pesawat mengalami kecelakaan atau sebelumnya. Di sisi lain, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah mengevaluasi manajemen Lion Air.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, pihaknya bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pekan lalu mendatangi center point jatuhnya Boeing 737 MAX 8. Mereka melakukan simulasi dengan meletakkan pinger ke dalam lumpur. Tujuannya, mengetahui apakah CVR yang terendam lumpur masih bisa terdeteksi pinger.

"Ternyata, pinger yang dimiliki (BPPT) masih bisa mendeteksi walaupun CVR terendam lumpur," ucapnya seperti dilansir dari JawaPos.

Sebaliknya, CVR milik Lion Air hingga kemarin tidak terdeteksi oleh pinger itu. KNKT sudah mencari di beberapa lokasi, tetapi belum menemukan sinyal yang kuat. Dari pencarian tersebut, ada kesimpulan sementara bahwa CVR Lion Air rusak. Selama ini ada spekulasi bahwa sinyal ping lemah karena CVR terendam lumpur tebal.

Meski masih sulit menemukan CVR itu, KNKT akan tetap mencari. "Alat tersebut sangat vital untuk penyelidikan. Sebab, diketahui apa percakapan pilot dan yang dilakukan sebelum kecelakaan," ujarnya. KNKT tidak akan membatasi waktu pencarian CVR.

Dalam pencarian CVR, KNKT mengerahkan 10 penyelam Basarnas. KNKT juga mendatangkan kapal khusus yang memiliki kemampuan menyedot lumpur.

"Kami coba datangkan kapal dengan teknologi sub-bottom profiling juga. Agar bisa mendeteksi benda-benda di dalam lumpur," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.