Sukses

Banjir di Tasikmalaya Mulai Surut, Warga Masih Bertahan di Pengungsian

Meski air pascabanjir dan longsor di Tasikmalaya mulai surut, warga yang menjadi korban tetap memilih bertahan di pengungsian.

Fokus, Tasikmalaya - Banjir dan longsor di Tasikmalaya, Jawa Barat, merenggut nyawa enam orang. Ratusan rumah juga rusak bahkan ambruk. Kini banjir mulai surut, namun menyisakan duka mendalam bagi warga setempat.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Rabu (7/11/2018), air mata tak terbendung lagi begitu sosok salah satu korban banjir yang tewas dikenali anak-anaknya di Puskesmas Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Korban bernama Aning, merupakan perempuan warga Kampung Cikondang, Kecamatan Culamega. Aning ditemukan di pinggir pantai tanpa identitas. Diduga ia hanyut terbawa derasnya air sungai di belakang rumahnya saat banjir melanda wilayah Tasikmalaya.

Selain Aning, setidaknya ada lima warga lain yang tewas akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan, pada Selasa, 6 November kemarin. Para korban tewas ini tersebar di beberapa lokasi, antara lain akibat banjir di Karangnunggal, Cipatujah, hingga longsor di Culamega.

Banjir dari luapan Sungai Cijalu di Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, berawal dari hujan deras. Selain banjir juga terjadi longsor. Puluhan rumah dan fasilitas umum rusak. Salah satu yang terdampak adalah Desa Bantarkalong, Kecamatan Cipatujah. Bahkan, beberapa rumah ambruk hingga rata dengan tanah, termasuk satu buah penggilingan padi.

Tak hanya itu, sekolah madrasah serta jembatan penghubung dua kampung terancam ambruk akibat pondasinya tergerus air. Walau kini banjir mulai surut, ratusan warga memilih mengungsi karena khawatir ada banjir susulan.

Rabu pagi, 7 November 2018, warga yang rumahnya terdampak banjir mulai bersih-bersih. Seperti di Kampung Jajaway, Desa Cipatujah dan Desa Ciandum. Sebelumnya ketinggian air di wilayah tersebut cukup tinggi, bahkan di beberapa titik mencapai dua meter. Hampir seluruh harta benda warga tidak ada yang bisa diselamatkan, karena air dan lumpur datang dengan cepat.

Saat kejadian, banyak warga yang mengungsi ke atas plafon dan genteng rumah, karena air begitu cepat datang sehingga tidak bisa menyelamatkan diri keluar rumah.

Sementara ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tasikmalaya, mencatat warga terdampak banjir mencapai 500 kepala keluarga, dengan enam korban meninggal dunia. Kerusakan parah menimpa 150 bangunan. (Galuh Garmabrata)