Sukses

Cerita Mendagri Soal Putranya Jadi Pilot Lion Air Boeing 737 Max 8

Rute yang ditempuh dengan pesawat yang baru dua bulan beroperasi di maskapai berlambang kepala singa itu pun rata-rata internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Mendagri Tjahjo Kumolo rupanya memiliki seorang putra yang berprofesi sebagai pilot maskapai Lion Air, Arjuna Cakra Sandrasa. Pesawat yang diawakinya pun bukan sembarang pesawat, yaitu Boeing 737 Max 8.

"Sudah cocok di sana, sudah empat tahun," kata Tjahjo di rumah sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis (1/11/2018).

Rute yang ditempuh dengan pesawat yang baru dua bulan beroperasi di maskapai berlambang kepala singa itu pun rata-rata internasional.

"Sudah ambil rute Malaysia, India, juga keliling pakai Lion, kadang-kadang Batik," ujar Tjahjo.

Adapun kedatangan Tjahjo ke RS Polri adalah untuk memastikan pihaknya membantu proses identifikasi jenazah korban Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610.

Tjahjo menjelaskan, Kemendagri membawa tim dari Dukcapil (Data Kependudukan dan Pencatatan Sipil) dan INAFIS (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) untuk mempercepat proses pendataan di RS Bhayangkara Polri.

"Kami membawa tim dari Dukcapil untuk 24 jam posko di sini supaya bersama-sama dengan tim Inafis untuk mempercepat data, baik dari sidik jari," jelasnya.

Terkait kendala penanganan, dia mengatakan, kendala tersebut dikarenakan tidak semua penumpang terdaftar nama lengkapnya ketika membeli tiket pesawat.

"Karena tidak semua orang membeli tiket itu menggunakan e-KTP, online saja tahu-tahu bisa. Harusnya nama lengkap, tapi kadang-kadang hanya nama panggilan, kadang-kadang menyulitkan," Tjahjo melanjutkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengurusan tidak Bertele-tele

Tjahjo menjelaskan, proses percepatan data bersama dengan Dukcapil ini merupakan inisiatif dari Kemendagri sendiri. Hal ini untuk menambahkan sisa data penduduk yang tidak dimiliki Inafis.

"Data di Iafis sudah ada seratus lima puluh juta, ada jumlah penduduk kami 263 lah, sisanya bawa ke sini kita sinkronisasi dengan pihak Inafis. Percepat data," tuturnya.

Tjahjo menyatakan, posko yang disediakan 24 jam di RS Bhayangkara Polri ini agar semuanya sigap ditangani.

"Posko 24 jam di sini agar cepat selesai, termasuk mempersiapkan surat-surat kematian, tidak harus urus panjang-panjang supaya satu atap segera selesai," dia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.