Sukses

BMKG: Jangan Percaya Ramalan Gempa

Banyak beredar berita tidak benar alias hoaks terkait gempa yang akhir-akhir ini mengguncang sejumlah wilayah di Tanah Air. Salah satunya soal ramalan gempa.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika meminta masyarakat agar tidak percaya dengan ramalan-ramalan soal gempa. Terlebih, banyak beredar berita tidak benar alias hoaks terkait gempa yang akhir-akhir ini mengguncang sejumlah wilayah di Tanah Air. Salah satunya soal ramalan gempa.

"Kita kembali mengingatkan masyarakat agar tidak percaya ramalan gempa," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly dalam konferensi pers mengenai gempa Situbondo, di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Menurut dia, Indonesia unik. Kompleksnya seismik kerak bumi menyebabkan Tanah Air memang rawan gempa. Namun, masyarakat tidak perlu cemas.

"Tapi potensi terjadi kapannya belum tahu. Masyarakat tidak perlu cemas. Kita menyiapkan langkah mitigasi tetap. Bagaimana kita memiliki kepahaman dan menyiapkan infrastruktur yang aman gempa. Karena yang bahaya saat gempa adalah bangunan yang jatuh," tutur Muhamad Sadly.

"Jadi masyarakat tidak perlu panik fokus kapan terjadi gempa di Jakarta karena kapan terjadinya kita tidak tahu," lanjut dia.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono mengatakan Indonesia memang masuk dalam kawasan seismik aktif dan kompleks. Ada 6 zona subdaksi di Tanah Air.

"Masing-masing zona subdaksi masih dirinci lagi menjadi segmen-segmen megathrust yang berjumlah 16. Sesar aktif teridentifikasi 295 sumber gempa sesar aktif," lanjut Rahmat dalam konferensi pers soal gempa Situbondo di BMKG.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Hubungan dengan Gempa Palu

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa Situbondo berkekuatan magnitudo 6,3. Lindu ini tidak ada hubungannya dengan gempa Lombok dan Palu.

"Enggak ada hubungannya dengan gempa Lombok yang terjadi beberapa minggu lalu terjadi, di Palu," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly, dalam konferensi persnya, di kantor BMKG, Jakarta, Kamis (11/10/2018).

Menurut dia, gempa Situbondo karena sesar naik Flores. Sementara, gempa Palu disebabkan oleh pergerakan sesar Palu-Koro. Sedangkan, untuk gempa Lombok, memang penyebabnya juga sesar naik Flores. Namun, beda mekanisme.

"Untuk gempa Lombok dengan Palu jelas mekanisme berbeda. Terindikasi bahwa ini sesar naik Flores," Muhamad Sadly menjelaskan.

Dia mengatakan, sesar Flores dari verifikasi hasil seismik refleksi, terbentang dari Bali timur sampai Flores. Awal dari sesar ini terlihat di dasar laut. Sedangkan Bali-Lombok Barat hanya terlihat lipatan. Berdasarkan pengamatan ini, terindikasi kekuatan sesar Flores semakin barat semakin melemah.

"Gempa ini memiliki indikasi kuat terkait aktivitas seismik Flores," lanjut dia.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • BMKG adalah singkatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang berstatus Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPN).

    BMKG

  • Gempa adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi karena pergerakan atau pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba.

    Gempa

  • Gempa di Jawa Timur terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti di Kota Situbondo Kabupaten Situbondo (2018) dan Kota Malang (2021).

    Gempa Jawa Timur

  • Gempa Situbondo

  • Ramalan gempa