Sukses

BNPB: Indonesia Sangat Butuh Alat Deteksi Tsunami

Sutopo menjelaskan, hingga saat ini pemerintah belum memfasilitasi alat tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, Indonesia butuh alat deteksi tsunami atau BUOY Tsunami Early Warning System (TEWS).

Sebab Sutopo menjelaskan Indonesia adalah bagian dari wilayah rawan tsunami serta menimbulkan banyak korban.

"Kalau menurut saya memerlukan, sangat memerlukan. Wilayah Indonesia itu rawan tsunami. T sunami sering terjadi dan menimbulkan banyak korban," kata Sutopo di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Minggu (30/9/2018).

Dia menjelaskan, hingga saat ini pemerintah belum memfasilitasi alat tersebut. Ada beberapa hal kata dia yang jadi hambatan. Salah satunya yaitu terkait pendanaan.

"Kalau kita melihat ya, pendanaan apalagi turun setiap tahun. Dulu sempat hampir mendekati Rp 2 triliun tahun. Nah ini jadi kendala, di satu sisi ancaman bencana meningkat masyarakat yang terpapar teresiko semakin meningkat kejadian bencana meningkat," papar Sutopo.

Sutopo juga menjelaskan, sampai saat ini anggaran penanggulangan becana setiap tahun di BNPB menurun. Sehingga ini berpengaruh dengan upaya navigasi kepada masyarakat.

"Bagaimana kita bersosialisasi. Bagaiamana melakukan pengurangan resiko bencana. Memasang perinyatan dini dan menjadi terbatas karena anggarannya memang terus berkurang," kata Sutopo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

832 Korban Jiwa

Sebanyak 832 orang meninggal dunia akibat gempa Palu dan Donggala. Korban meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa yang diikuti oleh tsunami.

"Jumlah korban jiwa per 30 September 2018 pukul 13.00 WIB 832 orang meninggal dunia," ujar Sutopo.

 Menurut dia, mayoritas korban merupakan warga Palu sebanyak 821 orang. Sementara, 11 korban lainnya merupakan warga Donggala.

BNPB juga mencatat 540 orang luka berat. Mereka dirawat di sejumlah rumah sakit.

Sebanyak 16.732 jiwa lainnya mengungsi. Mereka mengungsi di 24 titik di Palu dan Donggala.

"Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah karena masih banyak korban yang belum teridentifikasi, korban diduga masih tertimbun bangunan runtuh dan daerahnya belum terjangkau tim SAR," ujar Sutopo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.