Sukses

Polri: 8 Anggota Polisi Meninggal Akibat Gempa di Palu

Gempa dan tsunami terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah Jumat 28 September 2018 pukul 17.02.45 WIB dengan kekuatan magnitudo 7,4.

Liputan6.com, Jakarta - Delapan personel polisi meninggal saat gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi pada Jumat 28 September 2018.

"Anggota Polri yang jadi korban delapan orang," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).

Dedi mengatakan, delapan jenazah anggota Polri itu telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah.

"Sudah kita evakuasi juga," kata Dedi.

Namun Dedi menambahkan pihaknya masih terus melakukan pencarian di lokasi yang terdampak gempa. Diperkirakan, kata dia, masih ada korban lainnya yang belum ditemukan.

"Masih dicari lagi," ucap Dedi.

Jumat 28 September 2018 pukul 17.02.45 WIB terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 7,7 (yang kemudian direvisi Magnitudo 7,4) dengan kedalaman gempa 10 km pada 0.18 LS 119.85 BT.

BMKG mengeluarkan peringatan tsunami dengan status Siaga di pantai Donggala bagian barat, dan status Waspada di pantai Donggala bagian utara, Mamuju bagian utara dan Kota Palu bagian barat.

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (Slike-Slip Sinistral)

Gempa magnitudo 7,4 membangkitkan tsunami di beberapa wilayah pantai Donggala dan pantai Talise Palu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pelabuhan dan Bandara Rusak

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menginformasikan, akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,4, pada Jumat sore, 28 September yang diikuti dengan tsunami di kabupaten Donggala dan sekitarnya, fasilitas di sejumlah wilayah ikut merasakan kuatnya gempa dahsyat tersebut.

Dampak yang ditimbulkan pun cukup parah. Di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, fasilitas di Bandara Mamuju mengalami kerusakan tower. Namun, bandara masih bisa berfungsi.

Di Sulawesi Tengah, Bandara Luwuk Bangai mengalami pergeseran tiang tower, meski masih bisa beroperasi.

Sementara itu, bagian tower di lantai 4 dari Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie di Palu, ambruk. Di samping itu, fasilitas komunikasi dan pemancar radio juga ikut mengalami kerusakan.

Lantas, bagaimana dengan landas pacu atau runway akibat gempa magnitudo 7,4? Dari landas pacu sepanjang 2.500 meter, 500 meter mengalami keretakan. Mendadak sontak kondisi ini membuat pesawat jet berukuran besar, seperti Boeing 747 dan sejenisnya tak dapat mendarat.

Kekuatan gempa dan tsunami dahsyat yang mengguncang Donggala dan Palu juga membuat Pelabuhan Pantoloan di Kota Palu, rusak berat. Crane peti kemas yang biasa digunakan untuk bongkar muat, roboh.

Sementara, Pelabuhan Wani yang terletak di Desa Wani, Kabupaten Donggala, juga mengalami kerusakan. KM Sabuk Nusantara 39 yang tengah bersandar terempas ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.