Sukses

Kemarau Panjang, Bendung Katulampa dan Waduk Jatiluhur Kekeringan

Petugas pun terpaksa membagi volume air yang hanya 2.200 liter per detik ke aliran Kali Baru untuk irigasi dan 200 liter per detik bagi ekosistem Ciliwung

Liputan6.com, Jakarta Batu-batu beton yang biasa menahan laju air di Bendung Katulampa Bogor, terlihat jelas akibat surutnya air yang mengalir dari hulu. Bendung yang menjadi indikator ketinggian air di aliran Ciliwung hingga Sabtu pagi statusnya masih di bawah normal.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Sabtu (22/9/2018), angka ketinggian air pun masih berada di angka nol centimeter. Petugas pun terpaksa membagi volume air yang hanya 2.200 liter per detik ke aliran Kali Baru untuk irigasi dan 200 liter per detik bagi ekosistem Ciliwung serta aliran PDAM.

Petugas juga harus membagi aliran tersebut secara bergantian agar tidak terjadi kekurangan pasokan. Hal ini juga berdampak pada keringnya sumur-sumur milik warga.

"Ini masih dibawah normal kondisinya, tetapi kita selalu berharap ada hujan di kawasan hulu yaitu Puncak," kata Kepala Bendung Katulampa Andi Sudirman.

Penurunan permukaan air akibat kemarau berkepanjangan juga menunjukkan pengaruhnya di waduk terbesar se-Asia Tenggara Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat.

Saat ini, tinggi muka air berada di kisaran 92,6 meter di atas permukaan laut, turun jauh dari batas maksimal kisaran 107 meter di atas permukaan laut.

Meski masih berstatus di atas kering, pengelola Waduk Jatiluhur melakukan berbagai upaya agar distribusi air khususnya untuk irigasi petani di wilayah Subang, Karawang, Bekasi, dan Indramayu, serta distribusi air PDAM tetap berjalan.

Diantaranya dengan melakukan konservasi air, pengenaan pola tanam, dan skema optimalisasi penggunaan air irigasi agar lebih effesien. Untuk menjaga pasokan air, dua dari enam turbin pembangkit listrik sementara ini tidak dioperasikan.

Di sisi lain, dampak penghematan ini kian mengancam ribuan hektar lahan pertanian di wilayah utara Jawa Barat. Pihak pengelola Jatiluhur meminta para petani ikut berhemat dan mengikuti pola tanam yang disarankan agar air bisa digunakan secara effesien.

Jika hujan tak kunjung turun, dihawatirkan kekeringan di wilayah Jawa Barat bagian utara semakin meluas. (Rio Audhitama Sihombing)Â