Sukses

Kisah Wali Nyeleneh dan Kubah Segi 6 di Kampung Basirih Banjarmasin

Kisah Wali Nyeleneh dan Kubah Segi Enam di Kampung Basirih Banjarmasin

Liputan6.com, Jakarta - "Yakin dan berdoalah kepada Allah dalam perbuatan atau amal baik yang dilakoni." Begitulah pesan Alhabib Hamid bin Abbas Bahasyim semasa hidupnya. Pesan itu disampaikan kepada cucunya, Khadijah binti Habib Hasan. Khadijah merupakan cucu dari Alhabib Hamid. Saat ini usia Khadijah 82 tahun.

Khadijah kini tinggal di sebelah makam Alhabib Hamid. Dia pula yang menjaga dan merawat makam sang kakek yang dipercaya pernah ikut melawan Jepang di Banjarmasin.

Jumat sore 13 Juli 2018, Liputan6.com mengunjungi kawasan makam tersebut yang terletak sekitar 25 km dari bandara Syamsudin Noor, Banjarmasin. Tepatnya di jalan Keramat RT 9 RW 01, Kelurahan Basirih, Banjarmasin. Dan lokasi makam menghadap ke sungai yang ada di sebrang jalan.

Alhabib Hamid atau dikenal Habib Basirih meninggal dunia pada tahun 1949 atau pada usia 90 tahun. Saat itu Khadijah mengaku tengah berusia 13 tahun. Khadijah mengatakan, makam kakeknya di kampung Basirih, Banjar, Banjarmasin, selalu ramai dikunjungi peziarah. Baik peziarah dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Subhanallah ramai terus. Bisa sampai puluhan ribu. Saya juga nggak tahu dari mana para peziarah ini. Banyak yang datang dari Yaman, Arab dan lainnya," kata Khadijah di halaman depan rumah.

Khadijah melanjutkan, Alhabib Hamid masa hidupnya lebih banyak bertapa. Dalam kesehariannya Habib Hamid pun seolah tidak pernah menghiraukan apa yang dikatakan orang saat melihatnya.

Alhabib Hamid dikenal dengan wali majdub atau wali yang menyembunyikan kewaliannya dengan bertingkah seperti orang gila. Sebagian menyebutkan wali yang mempunyai tingkah Nyeleneh atau diluar kebiasaan.

"Iya Insyaallah majdub ya, memang ya kadang kita tidak mengerti dengan apa yang diucapkan atau yang diperbuat," ujar Khadijah mengenang sang kakek.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tabrakan Puluhan Pesawat Jepang

Khadijah mengungkapkan, suatu hari dirinya bersama warga sekitar pernah sangat ketakutan dengan pesawat tempur Jepang yang lalu lalang di atas langit Banjarmasin. Para warga pun kebetulan berkumpul di depan rumah Habib Hamid.

"Warga teriak kita diserang kita diserang. Terus ramai itu kumpul di depan rumah. Terus nggak lama kakek (habib Hamid) datang," ungkap Khadijah.

Khadijah menuturkan, saat itu juga habib Hamid mengambil sebuah benda seperti kayu sambil melafalkan doa-doa. Setelah itu kayu itu dirakit seolah menyerupai remote control.

"Jadi tuh pesawat Jepang kaya diremote aja gitu sama habib diarahin ke kanan ke kiri tapi terus ditabrakan. Jadi itu saling tabrakan pesawat. Terus ada juga yang nyungsep gitu. Ya semua itu Wallahu A'lam bish shawabie (Hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui dan Benar). Ya itu Insyaallah itu barangkali karomahnya," cerita Khadijah.

 

3 dari 4 halaman

Kubah dan Tanah Makam yang Tumbuh

Kemudian, yang saat ini cukup membuat heran keluarga dan peziarah yaitu terkait tumbuhnya tanah di atas makam Habib Hamid. Tak ada yang bisa menjelaskan. Begitu juga soal bau wangi menyengat yang seringkali muncul dari area makam.

"Sekali lagi Wallahu A'lam," ujar Khadijah.

Lebih jauh, Khadijah menyebutkan soal sebutan Basirih sendiri diambil dari kata sirih. Dimana rumah yang ditempatinya saat ini bersama Habib Hamid dulunya banyak pohon sirih dan pusat pedagang berjualan sirih.

Sementara, soal enam kubah di atas makam dicetuskan oleh sepupu Habib Hamid yang bernama Gusti Muhamad Said. Kubah itu didirikan tidak lama usai habib Basirih meninggal.

"Beliau pingin ada kenangan dan ini kan enam kubah ya bisa diartikan sebagai pengingat rukun iman," tambah Khadijah.

 

4 dari 4 halaman

Dulunya kampung rawan kriminal

Di lokasi yang sama, Komandan Kodim (Dandim) 1007 Banjarmasin Letkol Inf Teguh Wiratama mengatakan, dulunya kampung Basirih terkenal rawan preman dan Begal. Namun seiring dengan mulai ramainya peziarah, kampung Basarih saat ini justru terkenal kampung wisata religi.

"Dulu disini texas lah istilahnya. Rawan begal dan kejahatan lainnya. Banyak pemuda yang mabuk-mabukan. Tapi sekarang beda, ini sudah jadi lokasi wisata religi," kata Letkol Inf Teguh kepada Liputan6.com.

Teguh melanjutkan, bersama keluarga Alhabib Hamid dan warga bersepakat untuk terus membangun dan menjaga Basirih dari serbuan pengaruh buruk.

Teguh menambahkan, pihaknya juga sudah melakukan langkah nyata dengan merubah wajah Basirih. Bersama-sama warga, TNI pun melakukan pengecatan dan membersihkan sungai di sepanjang kampung Basirih.

"Ya ini akan jadi wisata religi dan yang baik dan bagus harus kita pertahankan. Kita rubah wajah Basirih dengan warna warni," tambah Teguh.

Kemudian, Teguh menyebutkan, bahwa masih banyak penduduk di Basarih yang tergolong masyarakat tidak mampu. Dan untuk itu pihaknya bekerjasama dengan pihak keluarga menggelar pendidikan gratis.

"Disini banyak yang tidak mampu. Oleh karena itu di kawasan kubah Basirih ini juga pihak keluarga membuka PAUD dan pengajian. Kedepan akan ada kejar paket C kerjasama TNI. Termasuk perbaikan Musholla," beber Teguh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini