Sukses

Din Syamsudin Ragu Ada 47 Masjid Lembaga Pemerintah Sebar Radikalisme

Din mempertanyakan kenapa hanya rumah ibadah orang Islam yang dinyatakan radikal, sementara yang lain tidak.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin meragukan penelitian dari Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) yang merilis 47 masjid terindikasi menyebarkan radikalisme itu.

"Ya saya ragukan hasil survei atau penelitian itu ya. Saya belum tau metodologinya. Apalagi jika dikaitkan dengan lembaga dan institusi," kata Din Syamsuddin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/7/2018).

Din tak menampik apabila ada mubalig di masjid yang keras dalam menyampaikan isi ceramahnya. Namun, menurut dia, itu masih itu dapat dimaklumi.

Namun, ia tak yakin apabila ada masjid khususnya di sebuah institusi pemerintah yang diduga mengembangkan ideologi dan paham radikal.

"Sebaiknya hal-hal seperti itu harus benar-benar clear dengan bukti, fakta. Karena hal seperti ini sangat sensitif. Bisa menimbulkan ketersinggungan di kalangan umat Islam. Tidak hanya pengurus masjid yang dituduhkan itu, tapi bisa merasa wah kita ini dituduh sebagai kaum radikal. Ini yang tidak positif selama ini," ucap Din.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu berpesan kepada lembaga survei atau penelitian manapun untuk berhati-hati. Apalagi ia mengaku sering mendengar adanya keluhan dari umat Islam mengenai penelitian ini.

"Dari kalangan umat Islam itu sering curhat, kenapa hanya masjid yang diteliti. Kenapa hanya rumah ibadat orang Islam yang dinyatakan radikal, sementara yang lain tidak. Hal-hal seperti inilah yang harus dijaga," terang Din Syamsuddin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Lagi Dikembangkan

Din pun meminta masalah ini tak lagi dikembangkan dan disebarluaskan. Ia khawatir ini hanya akan menimbulkan kecemasan dan ketegangan. Apalagi, hal ini sangat dirasakan oleh umat Islam sebagai sebuah tuduhan.

"Ini yang secara psikologis tidak positif bagi upaya kita mengembangkan kerukunan dan harmoni. Kalau umat Islam yang besar itu merasa tertuduh, merasa tidak nyaman karena dituduh radikal, ada yang berpendapat, kalau gitu kita radikal saja sekaligus," tandas Din.

 

Saksikan tayangan video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.