Sukses

Sukses Kurangi Malaria, Daerah Tertinggal di Papua Ini Dapat Penghargaan PBB

Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, Papua, berhasil menurunkan penyebaran kasus malaria dari angka 9,2 persen menjadi 0,02 persen di 12 desa pada 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, meraih penghargaan inovasi dalam pelayanan publik, United Nations Public Service Awards, dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas upayanya mengurangi kasus malaria.

Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni berhasil menurunkan penyebaran kasus malaria dari angka 9,2 persen menjadi 0,02 persen di 12 desa pada 2017.

Penghargaan UNPSA yang diberikan oleh PBB kepada perwakilan pemerintah Indonesia pada Sabtu 23 Juni 2018, di Marrakesh Maroko. Ini merupakan apresiasi atas inovasi Dinas Kesehatan Teluk Bintuni melalui sistem diagnosis dan perawatan dini atau Early Diagnosis And Treatment (EDAT) dalam mengurangi prevalensi malaria di kabupaten tertinggal di Papua tersebut.

Kementerian Kesehatan dalam siaran tertulisnya seperti dilansir Antara, Selasa (26/6/2018), pengembangan inovasi tersebut bermula dari maraknya kasus malaria yang menjangkit masyarakat Papua, khususnya di wilayah Teluk Bintuni, Papua. 

Program EDAT dilaksanakan melalui pembentukan Juru Malaria Kampung (JMK) atau spesialis malaria yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang identifikasi, pencegahan, dan pengobatan malaria.

 

*Pantau hasil hitung cepat atau Quick Count Pilkada 2018 untuk wilayah Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Bali dan Sulsel. Ikuti juga Live Streaming Pilkada Serentak 9 Jam Nonstop hanya di Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melatih Masyarakat

Melalui sistem ini aparat terkait melatih penduduk desa sebagai petugas kesehatan, mengemas obat-obatan malaria agar lebih mudah digunakan, dan memastikan kualitas asuransi yang terintegrasi.

Pemerintah daerah berkolaborasi dengan organisasi nonpemerintah dan sektor swasta dalam mengembangkan dan menerapkan inovasi EDAT.

Penderita malaria di Teluk Bintuni pada 2009 mencapai angka 115 per 1.000 penduduk. Namun setelah sistem EDAT diimplementasikan sejak 2010, prevalensi malaria berhasil diturunkan.

Dalam lima tahun, penerapan EDAT pada 2015, kasus malaria ini turun menjadi 2,4 per 1000 penduduk dari 115 kasus per 1.000 penduduk di 2009.

Selain mengurangi penyebaran, program ini juga sukses mengurangi tingkat morbiditas malaria dari 115 penderita per 1.000 penduduk (2009) menjadi 5 penderita malaria dari 1.000 penduduk (2016).

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.