Sukses

Satpol PP Tak Larang Pedagang Musiman Tanah Abang Jualan di Trotoar?

Kasatpol PP tidak menegaskan apakah membolehkan atau melarang para pedagang berjualan di trotoar Tanah Abang.

Liputan6.com, Jakarta - Kasatpol PP DKI Jakarta Yani Wahyu Purwoko menyampaikan, ada pengawasan di trotoar kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, dari para Pedagang Kaki Lima (PKL) selama Ramadan ini. Tentunya agar fungsi utama jalur pedestrian itu sepenuhnya tetap sesuai, yakni untuk lalu lalang pejalan kaki.

"Bukan dibiarkan (PKL Tanah Abang) bahasanya. Tetap trotoar itu fungsinya untuk pejalan kaki. Memang saya melihat ada aktivitas tambahan karena bulan ini bulan penuh magfirah, bulan untuk memanen rezeki, pahala," tutur Yani di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (5/6/2018).

"Kita memang lihat ada pedagang musiman di Ramadan untuk mengais rezeki, tapi tetap bagaimana trotoar itu bisa dimanfaatkan untuk pejalan kaki," ucap dia.

Namun demikian, dia tidak menegaskan apakah membolehkan atau melarang para pedagang berjualan di trotoar Tanah Abang selama Ramadan ini. Hanya saja, ada pertimbangan untuk memberi kelapangan terhadap para pedagang musiman yang hanya muncul jelang Lebaran.

"Tadi saya katakan, ada pedagang musiman. Tapi selama ini ada pedagang tetap pemerintah sudah tata di Jatibaru, tetap difungsikan untuk pejalan kaki. Karena saya lihat ada pedagang musiman, kita tetap lakukan penjagaan terhadap trotoar," Yani menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanah Abang Semrawut

Sebelumnya, meningkatnya kebutuhan sandang jelang lebaran, membuat pedagang kaki lima membeludak di sekitar pasar Jalan Jatibaru dan Stasiun Tanah Abang.

Mereka menggelar barang dagangannya di trotoar dan bahu jalan. Aktivitas jual beli pun membuat jalan tersebut semakin macet dan semrawut.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, Tanah Abang ibarat semut dan PKL adalah gula. Hal itu tidak bisa dipisahkan. Justru dia bersyukur dengan adanya simbiosis ini karena mengartikan perekonomian yang berkembang di wilayah tersebut.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Gembong Warsono menilai peribahasa "ada gula ada semut" tidak dapat dikaitkan dengan kasus Tanah Abang. Sebab, semakin hari, kondisi Tanah Abang semakin semrawut.

"Bulan suci Ramadan jangan jadi alasan penyebab kesemrawutan Tanah Abang," kata Gembong saat dihubungi, Jakarta, Minggu, 3 Juni 2018

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.