Sukses

Dinkes Bogor: Ada Bakteri di Tutut yang Dimakan 108 Korban Keracunan

108 warga Bogor keracunan tutut atau keong air tawar.

Liputan6.com, Jakarta - 108 warga Bogor keracunan tutut atau keong air tawar. Hasil uji laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat, sampel tutut tersebut positif mengandung bakteri.

"Hasil uji laboratorium Labkesda hasil pemeriksaan sampel keracunan, positif di keong mengandung Shigella, E.coli dan Salmonella," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rubaeah, Selasa (29/5/2018).

Selain hasil uji lab pada tutut atau keong air tawar atau dikenal juga dengan nama keong sawah (pila ampullacea), air yang digunakan untuk memasak keong tersebut teruji mengandung coliform dan logam Mn (mangan). "Sampel tutut yang diuji lab itu dalam posisi sudah matang," kata Rubaeah.

Rubaeah menjelaskan, bakteri seperti E.coli, Salmonella dan Shigella dapat berkembangbiak dengan cepat di dalam keong yang tidak diolah atau dimasak dengan baik.

"Jika pengolahan tidak memenuhi standar higienis dan sanitasi, menimbulkan kuman yang menyebabkan gejala-gejala keracunan itu, mual, muntah, diare dan panas demam," katanya.

Sementara itu, air yang dipakai mengandung mangan (Mn) jenis mineral jika dikonsumsi berlebihan dapat berbahaya untuk fungsi ginjal. Ia mengatakan, gejala keracunan, mual, muntah, diare, demam dan panas tinggi apabila tidak ditangani dengan cepat bisa mengakibatkan seseorang meninggal dunia.

"Karena mual, muntah, diare memicu dehidrasi atau sepsis," kata Rubaeah.

Rubaeah mengatakan, penyebab keracunan yang dialami warga RW 007, Kelurahan Tanah Baru berasal dari tutut yang mengandung bakteri E.coli, Salmonella dan Shigella.

"Bakteri-bakteri ini berasal dari pengolahan yang kurang baik. Makanya gejalanya hebat," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mudah Terkontaminasi

Rubaeah mengatakan, keong merupakan makanan yang mudah terkontaminasi kuman. Jika cara pengolahan tidak baik, dapat memicu gejala tersebut.

Apalagi hasil survei di lapangan, rumah tempat pengolahan tutut, jarak antara septic tank dan tempat pengolahan sangat dekat.

Saat ini Dinas Kesehatan masih menunggu hasil uji laboratorium untuk sampel rectal swab dari korban keracunan dan pemasak tutut serta sampel muntahan yang membutuhkan waktu lebih lama dari sampel tutut.

Rubaeah menambahkan, dengan adanya kasus ini, Dinas Kesehatan Kota Bogor mengintensifkan penyuluhan kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup sehat.

"Memastikan memilih makanan yang sehat sumbernya dan baik pengolahannya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.