Sukses

Film Lima Disebut Sejalan dengan Program Jokowi, Kenapa Penonton Dibatasi?

Anggota DPR menyebut Film Lima sebagai film bagus karena membumikan Pancasila. Semestinya bisa ditonton dari usia 13 tahun ke atas.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Sensor Film (LSF), pemilik Film Lima dan komunitas yang tergabung dalam Pancasila untuk Generasi Muda sepakat untuk memperbanyak film-film bertemakan Pancasila.

Hal ini penting mengingat banyaknya kasus-kasus anti-Pancasila yang terjadi belakang ini, seperti intoleransi dan radikalisme.

"Upaya-upaya pembumian nilai-nilai Pancasila, seperti yang dilakukan melalui Film Lima ini harus terus digalakkan. Ini agar kita bisa menjadikan Pancasila sebagai bintang penuntun bagi bangsa Indonesia," kata anggota Komisi I DPR, Charles Honoris, Senin (28/5/2018).

Charles bersama anggota DPR lainnya, Dave Laksono, Arvin Hakim Thoha, dan Eva Sundari mendampingi sutradara sekaligus produser Film Lima, Lola Amaria, dan Komunitas Pancasila untuk Generasi Muda mediasi dengan LSF di Kantor LSF, Jakarta, Senin .

Charles mengatakan, Film Lima sejalan dengan program pemerintahan Jokowi yang sangat tegas memerangi tindakan intoleransi dan radikalisme.

"Oleh karena itu kita perlu film yang mengangkat tema Pancasila untuk kontra narasi radikalisme dan sebagainya," ujar politikus PDI Perjuangan ini.

Adapun Arvin Hakim Thoha mengatakan, Film Lima sangat bagus. Dia pun berpendapat Film Lima mestinya ditonton remaja berusia 13 tahun, karena dalam setiap adegan lebih banyak menampilkan pendidikan.

"Ini persoalannya yang saya tahu pinginnya (penonton Film Lima) di umur 13 tahun, tapi putuskan umur 17 tahun. Menurut saya, pendidikan yang bagus itu anak-anak. Bukan orang yang sudah mulai bisa berpikir," kata dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Ketua LSF

Menurut Arvin, LSF seharusnya melonggarkan aturan terhadap film-film yang banyak mengandung pendidikan.

"Jangan terlalu kenceng (LSF). Percuma kalau terlalu kenceng. Di film harus begini-begini," ungkap dia.

Sedangkan Dave Laksono dari Partai Golkar mengatakan, film bernada toleransi amat dibutuhkan. Terutama yang amat dibutuhkan generasi muda. "Faktanya saja saat ini intoleransi di Indonesia sangat tinggi. Sudah masuk kerawanan yang membahayakan ke depannya," ujar dia.

Sementara Ketua LSF Ahmad Yani Basuki, mengakui film-film berkualitas yang mengangkat tema tentang Pancasila dan kebinekaan masih sangat terbatas di Indonesia. Karena itu, LSF menunggu sineas Indonesia untuk memproduksi film-film berkualitas seperti yang telah dilakukan Lola Amaria dan kawan-kawan.

Soal permintaan penurunan klasifikasi film Lima dari untuk 17 tahun ke atas menjadi 13 tahun ke atas, Basuki mengatakan, sudah ada mekanisme sesuai aturan dan undang-undang terkait hal itu.

Namun, Basuki tidak mau membuka bagian mana dalam Film Lima yang membuat film tersebut diklasifikasikan untuk penonton 17 tahun ke atas.

"Karena itu ada sensitivitasnya, biarlah menjadi konsumsi internal LSF dan pemilik film. Agar semua terjaga dengan baik, karena ini juga film yang baik," kata Basuki.

Sementara itu, Lola Amaria mengatakan, harus berdiskusi dengan tim internal Film Lima soal kemungkinan penurunan klasifikasi film menjadi 13 tahun ke atas.

"Keputusannya apa, saya harus meeting dulu," kata Lola.

Saksikan Video Pilihan di bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.