Sukses

Bertemu Jokowi, Wapres Iran Berharap Ada Pertukaran Pengalaman Sistem Islam

Menurut wapres Iran, tantangan bagi Indonesia dan Iran adalah bagaimana mempraktikkan ajaran-ajaran Islam dalam sistem dan struktur politik modern.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi bertemu Wakil Presiden Iran Bidang Wanita dan Urusan Keluarga Masoumeh Ebtekar di Istana Bogor. Pertemuan berlangsung di sela-sela acara pertemuan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama Sedunia, yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, Selasa kemarin.

Dalam pertemuan itu, Masoumeh Ebtekar menyatakan, umat Islam Indonesia dan Iran dapat bekerja sama dalam bentuk bertukar pengalaman dalam menerapkan nilai dan sistem Islam pada kehidupan sosial dan keluarga.

"Kami punya kesuksesan di Iran, dan Anda punya kesuksesan di Indonesia. Kita perlu belajar dari kesuksesan-kesuksesan itu, tapi kita juga harus mengambil pelajaran guna menghadapi tantangan di Iran dan di Indonesia," kata Wapres Ebtekar seperti dilansir Antara, Selasa 1 Mei 2018.

Menurut dia, tantangan bagi Indonesia dan Iran adalah bagaimana mempraktikkan ajaran-ajaran Islam dalam sistem dan struktur politik modern, serta menerapkan syariat Islam dalam masyarakat yang terus berkembang.

"Salah satu isu global yang penting adalah adanya perbedaan antargenerasi. Generasi muda memiliki sistem nilai dan mereka dipengaruhi oleh sosial media. Media sosial adalah alat yang penting, namun dapat menjadi ancaman bagi budaya kita," jelas Masoumeh Ebtekar.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bekerja Sama

Dia menekankan bahwa Muslim Indonesia dan Iran harus dapat bekerja sama dalam bertukar pengalaman, menguatkan posisi dan identitas serta sistem nilai.

"Contohnya adalah hubungan sosial dalam Islam, yang mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang terjadi di dunia barat di mana kaum wanita dikomersialisasikan dan dijadikan komoditi, sehingga mereka hanya memperhatikan penampilan fisik yang berujung pada kekerasan seksual," jelas Ebtekar.

Sementara dalam Islam, lanjutnya, ada aturan mengenai busana dan bagaimana berperilaku dalam kehidupan sosial.

"Dengan itu, kita dapat melindungi kehormatan laki-laki dan perempuan, juga keluarga yang sangat penting dalam masyarakat kita," ujarnya.

Ebtekar menekankan bahwa perempuan memiliki peran dalam politik dan sosial, namun harus bangga menjadi perempuan dan ibu.

"Mereka tak perlu menjadi laki-laki untuk tampil dalam masyarakat. Kita harus bertukar pengalaman, dalam hal ini untuk melindungi keluarga dan masyarakat kita," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.