Sukses

Kicau Triliunan Murai Batu

Bukan raihan bendera dari juri tanda juara yang hendak dicapai, tetapi alasan Denisa sangat manusiawi, karena untuk pemenuhan kepuasan dari keindahan visual dan bunyi.

Liputan6.com, Solo - Selalu saja ada tingkah polah nyeleneh dari lomba burung kicau, hobi yang beberapa tahun ke belakang menghipnotis kaum pria.

Kegairahan kicau mania pecah dinaungi asrinya Taman Kota Solo, Jawa Tengah. Namun belakangan, kemeriahan burung ocehan merambah ke kaum hawa, terselip di antaranya yakni Denisa, dan mata serta hati perempuan asli Surakarta ini tertuju pada burung jenis Murai Batu.

Seperti ditayangkan Potret SCTV, Senin (26/3/2018), bukan raihan bendera dari juri tanda juara yang hendak dicapai, tetapi alasan Denisa sangat manusiawi, karena untuk pemenuhan kepuasan dari keindahan visual dan bunyi.

Tiga tahun sudah Denisa terpikat sebelum akhirnya bergabung dalam Komunitas Murai Batu Indonesia (KMBI)

Dia yang seorang karyawan tenaga pemasaran sebuah produk rumah tangga itu kini tak bisa lepas dari kicau syahdu burung.

Sementara, mentari belum teramat terik, Denisa rutin memandikan burung gacoan miliknya. Perawatan sehari-hari agar tetap sehat dan gacor di ajang lomba. Demikian pula saat memberi makan, tak ada lagi kesan canggung menyentuh hewan yang dianggap menjijikan bagi kebanyakan wanita.

Akhir pekan menjadi momen Denisa memanjakan mata dan telinga, tidak seperti hobi perempuan lainnya untuk pergi ke mal atau pusat perbelanjaan, maka pasar burung Depok, Solo jadi tempat favoritnya.

Kebetulan, wanita yang juga akrab dipanggil Denis ini hendak menambah koleksi Murai Batu, dengan mencari Murai Batu berkualitas jempolan bukan perkara mudah, apalagi untuk kategori burung berusia muda yang relatif lebih murah.

Lomba atau latihan bersama burung kicau mewabah, dari pusat kota hingga pelosok kampung. Lomba bukan sekadar menang atau kalah, tetapi ini tentang mengukur kemampuan kicau dan mental burung serta ini tentang proses.

Sadar pasokan di alam menipis, penghobi mulai menangkarkan Murai Batu dalam dua dekade terakhir, dari semangat konservasi, juga sebagai gantungan ekonomi.

Di usia dini ini, batas maksimal kualitas kicau murai dapat lebih dieksplorasi. Memolesnya lebih mudah, dan jika mampu berbicara di ajang lomba dan kontes, harga akan meroket puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Sementara itu, akhir pekan di Solo adalah milik para pecinta burung. Kemudian Denisa tidak menyia-nyiakan momen lomba yang rutin hadir.

Lokasi Taman Balekambang di jantung Kota Solo, yang biasa tenang kini menjadi ajang berkumpul para penikmat ocehan unggas. Selain itu Kota Solo merupakan satu di antara daerah yang dianggap barometer dunia burung kicau.

Tiket lomba senilai Rp 40 ribu hingga Rp 200 ribu lumrah ludes dibeli pemilik burung. Kini saatnya Murai milik Denisa unjuk kemampuan. Gairah pemilik dan suporter tak pernah habis, biasanya berteriak lantang nomor gantangan.

Sementarata, lomba menjadi ruang aktualisasi konservasi dan hobi. Hobi yang menggerakkan ekonomi kerakyatan, yang menurut Presiden Joko Widodo tumbuh sekitar Rp 1,7 triliun per tahun.

Â