Sukses

Bung Karno, Islam, dan Pancasila

Esensi bahwa Bung Karno merupakan Islam fanatik adalah ketika dia menawarkan prinsip dasar Indonesia yakni Pancasila itu sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak isu negatif yang menerpa sang Proklamator, Sukarno. Mulai dari pemikirannya yang dianggap Marxisme, hingga pendukung Komunis. Bahkan, dasar negara Indonesia yakni Pancasila pun ikut digoyang, dianggap tidak sejalan dengan nilai Islam.

Menengok ke pidato Soukarno 1 Juni 1945 dalam sidang perdana Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang, Dokuritsu Junbi Cosakai, Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDIP Idham Samawi menyampaikan, hal yang paling terlihat esensinya bahwa Bung Karno merupakan Islam fanatik adalah ketika dia menawarkan prinsip dasar Indonesia yakni Pancasila itu sendiri.

"Bung Karno kala itu mengatakan, untuk pihak Islam, inilah tempat terbaik memelihara agama. Saya pun adalah orang Islam. Maaf beribu maaf keislaman saya masih jauh. Tetapi kalau saudara-saudara membuka saya punya dada dan melihat saya punya hati, tuan-tuan akan dapati tidak lain tidak bukan, hati Islam," tutur Idham dalam diskusi bertema Soekarno dan Islam di Kantor DPP Taruna Merah Putih, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/3/2018).

Menurut Idham, jiwa Islam sangat mengakar dalam diri Bung Karno. Sebab, dasar dari ideologi Marxisme itu atheis alias tidak percaya tuhan. Sementara Bung Karno menawarkan asas Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila.

"Jadi kalau ada yang bilang Bung Karno itu Marxis, itu perlu dibedah otaknya. Karl Marx itu Ateis. Kalau ada yang bilang, pegang jidatnya, anget, enggak waras. Bung Karno menawarkan Ketuhanan dalam pidatonya 1 Juni 1945. Dengan dasar itu, maka cara mudah menjelaskan ke masyarakat," jelas dia.

Dasar negara Pancasila pun sarat dengan nilai keislaman. Itulah bentuk eratnya pemikiran Soekarno dengan Islam. Setiap prinsip yang dilontarkan pun, lanjut Idham, sangat terkontaminasi dengan Islam.

"Bicara kebangsaan, prinsip pertama yang ditawarkan Bung Karno itu, di dalam Islam itu ada ukhuwah watoniah, persaudaraan dalam satu kebangsaan," kata Idham.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Nilai Ukhuwah Insaniah

Kemudian Internasionalisme atau Kemanusian Yang Adil dan Beradab, itu merupakan nilai ukhuwah insaniah yakni persaudaraan antar sesama anak Adam dan Hawa

"Persatuan Indonesia itu mufakat. Dalam Alquran, tidak ada ayat voting. Islam itu ajarannya musyawarah. Keadilan sosial itu, Pancasila itu berpihak pada yang teraniaya, tertindas, termarginal. Kalau Islam mengatakan, siapa itu? (yang tertindas), yatim, miskin, dhuafa," beber dia.

Kemudian Ketuhanan yang berkebudayaan atau Yang Maha Esa. Bung Karno mengatakan dalam Pidato 1 Juni 1945, bahwa ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, menghormati satu sama lain, hatiku akan berpesta kalau Indonesia setuju akan berketuhanan yang maha esa.

"Kenapa saya kutip pidato Bung Karno, karena ini bukan cerita fiksi. Itu betul-betul narasi Bung Karno yanh mengatakan soal Islam," Idham menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.