Sukses

Surat Cinta Anas Urbaningrum untuk SBY dari Balik Bui

Anas Urbaningrum membantah tuduhan dirinya menyeret nama SBY dalam pusaran korupsi proyek pengadaan e-KTP dari dalam Lapas Sukamiskin.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Anas Urbaningrum membantah tuduhan dirinya menyeret nama Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pusaran korupsi proyek pengadaan e-KTP dari dalam Lapas Sukamiskin.

Anas membantah tuduhan dirinya bertemu dengan pihak tertentu di Lapas Sukamiskin sebelum nama SBY ditelisik di dalam sidang perkara korupsi e-KTP dengan terdakwa Setya Novanto atau Setnov.

Anas membantah tuduhan tersebut dengan menuliskan sebuah surat yang tersebar di sosial media. Di bawah surat itu tertulis jelas nama Anas beserta bubuhan tanda tangan pada 10 Februari 2018.

Surat dengan tulisan tangan itu dibenarkan oleh kolega Anas, Tri Dianto.

"Iya benar, itu dari Mas Anas," ujar Tri Dianto saat dikonfirmasi.

 

Melalui surat, Anas Urbaningrum membantah terlibat dalam konspirasi e-KTP sehingga mencuatkan nama SBY (dok. Istimewa)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

7 Bantahan Anas Urbaningrum

Berikut bantahan Anas soal penyeretan nama SBY dalam sidang e-KTP.

- Awalnya saya geli dengar cerita ada tuduhan pertemuan di Sukamiskin untuk merancang fitnah kepada Pak SBY dan Mas Ibas.

- Tetapi karena menjadi berita luas, dagelan itu perlu diluruskan, karena bisa menyesatkan.

- Jelas bahwa tidak pernah ada pertemuan di Sukamiskin yang dihadiri oleh Anas Urbaningrum, Firman Wijaya, Mirwan Amir, dan Saan Mustofa.

- Terpikir untuk bikin pertemuan saja tidak pernah, tidak ada hujan, besok tiba-tiba ada banjir, hoax.

- Itu cerita hoax berasal dari surat hoax yang entah dibikin oleh siapa. Tapi jelas disebarkan oleh siapa saja.

- Mudah banget untuk membuktikan pertemuan itu fakta atau hoax. Ada CCTV, buku tamu, dan banyak warga yang bisa ditanya.

- Hoax kok dipercaya dan disebarkan. Lalu kemana kampanye anti hoax dan fitnah yang belum lama dideklarasikan.

- Hoax juga disebarkan hampir bersamaan dengan narasi jihad untuk keadilan. Ada kontradiksi yang nyata diantara keduanya.

- Citra kekuasaan, ketenaran dan kekayaan boleh dicapai. Tapi caranya tidak mesti dengan menista orang lain dengan hoax dan tuduhan konspirasi fitnah.

- Keadilan mesti diperjuangkan dengan cara-cara yang sejalan dengan makna keadilan itu sendiri.

3 dari 3 halaman

Pertemuan Sebelum Sidang

SBY sebelumnya mengungkapkan ada pertemuan antara Firman Wijaya dengan mantan kader Demokrat Mirwan Amir. Pertemuan tersebut dilakukan sebelum sidang e-KTP berlangsung.

"Soal pertemuan ini, di Sukamiskin, saya ingin cek. Mohon ditanyakan kepada SBY ada buktinya dan datanya enggak," ucap Firman di Jakarta, Sabtu (10/2/2018).

Dia mengungkapkan SBY dapat sangat mudah untuk mengecek ada tidaknya pertemuan tersebut. Bahkan bisa ditanyakan langsung kepada pihak terkait.

"Itu mudah ya, dan tentu saya minta beliau korek betul ya. Bisa ditanyakan ke Kalapas Sukamiskin," jelas Firman.

Soal nama lain yang berada di catatan hitam Setya Novanto, dia menyerahkan sepenuhnya kepada kliennya. Barangkali, itu bagian menjadi justice collaborator.

"Kita serahkan kepada Pak Novanto yang paham betul peritiwa kebijakan E-KTP itu," tutur Firman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.