Sukses

Jaga Ketahanan Pangan, Moeldoko Bentuk Brigade Anti-Hama

Moeldoko mengatakan, ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila petani dan pertanian tidak dibenahi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menilai, untuk menciptakan keamanan negara harus menyeluruh. Tak hanya Detasemen Khusus Anti Terorisme (Densus Anti Teror) dan Detasemen Tindak Pidana Korupsi (Densus Tipikor) yang dibutuhkan, Indonesia juga perlu tim khusus untuk menangani hama demi keamanan pangan.

Moeldoko mengatakan, ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila petani dan pertanian tidak dibenahi. Sebab para petani kini terus-terusan dihajar hama sebagai teror yang meruntuhkan sektor pertanian.

"Sehebat apapun persenjataan sebuah negara, keamanannya akan terancam bila sektor pangannya rapuh. Ini harus diperhatikan. Jumlah petani Indonesia kian kecil. Perlahan, tak ada lagi generasi muda yang mau jadi petani," ujar Moeldoko di Jakarta, Minggu 14 Januari 2018.

Moeldoko mengaku akan membentuk tim khusus untuk mengatasi hama pertanian. Tim ini akan siap selalu membantu para petani yang lahannyadiserang hama. Selain itu, tim ini akan terus mengembangkan teknologi untuk mengatasi hama.

"Tim yang dibentuk nanti namanya Brigade Anti Hama. Isinya orang-orang yang memiliki kompetensi tentang tumbuh dan mutasinya beragam hama yang saat ini meresahkan petani. Teknologinya juga akan terus dikembangkan," terang Moeldoko.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ajak Anak Muda

Menurut Moeldoko, seharusnya masyarakat dan anak-anak muda bisa memiliki kesempatan besar untuk menjadi petani yang sukses. Jangan sampai ruang dan lahan serta kemampuan petani Indonesia kian sempit dan sulit.

"Saya bersama HKTI mau mengajar dan mengajak anak-anak muda bertani yang lebih bagus dan lebih sejahtera," ujar mantan Panglima TNI ini.

Bagi Moeldoko, persoalan sektor pertanian bukan hanya urusan lahan yang kian menyusut, atau ketidakmampuan masyarakat, tetapi ada juga persoalan budaya dan teknologi yang tidak sinkron selama ini.

"Dengan teknologi dan kultur bertani yang berkembang, mestinya petani akan maju dan sejahtera. Karena itu teknologi harus bisa kita hubungkan dengan kultur kepada masyarakat, agar pertanian kita tidak stagnan atau mati," tutur pria kelahiran Kediri, Jawa Timur ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.