Sukses

Ibu-Ibu Korban Keracunan Nasi Kebuli di Bogor Terus Bertambah

Korban yang mayoritas perempuan ini terus berdatangan ke posko kesehatan untuk memeriksakan keluhannya itu.

Liputan6.com, Bogor - Jumlah korban keracunan nasi kebuli di Desa Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, terus bertambah. Semula hanya 50 korban kini bertambah menjadi lebih dari 100 orang.

Dari 100 korban tersebut, 40 di antaranya dirawat di Rumah Sakit Dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor, dan satu korban lainnya dirawat di RSUD Ciawi.

"Sisanya ditangani petugas kesehatan di posko darurat," ujar Kepala Desa Cilember, Bunyamin, Jumat (29/12/2017).

Awalnya, lanjut Bunyamin, warga yang mengeluh pusing, mual, dan muntah-muntah usai menyantap nasi kebuli hanya berjumlah 50 orang. Namun hingga Jumat malam, jumlahnya terus bertambah.

Korban nasi kebuli yang mayoritas perempuan ini terus berdatangan ke posko kesehatan untuk memeriksakan keluhannya itu.

"Setelah sweeping, warga yang mengeluh mual dan pusing berdatangan memeriksakan ke petugas kesehatan," ujar dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Merasa Pusing

Menurutnya, ibu-ibu di desanya ini sering mengikuti kegiatan Maulid Nabi SAW maupun pengajian yang dipimpin KH Muhksin di majlis taklim di Kampung Cirangrang, Desa Cilember, Cisarua.

"Memang rutin mengadakan pengajian dan Maulid untuk ibu-ibu. Yang ikutan bisa sampai antara 300 sampai 400 orang," kata Bunyamin.

Kapolsek Cisarua, Kompol Sarjito mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Jumat siang, setelah para korban mengikuti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di sebuah pesantren di desa tersebut.

"Setelah kegiatan keagamaan itu warga yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga ini mendapat nasi kebuli pake styrofoam oleh panitia. Setelah makan, warga lalu merasa pusing dan mual," kata Sarjito.

 

3 dari 3 halaman

Sisa Makanan Diamankan

Sarjito mengaku, hingga kini masih mendalami kasus tersebut. Sampel sisa makanan yang dikomsumsi warga dari pihak penyelenggara diamankan untuk diuji di laboratorium.

"Diduga keracunan makanan, makanya kami amankan untuk diuji di lab. Termasuk minumannya juga diuji di lab," kata Sarjito.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.