Sukses

Kisah AKBP Audie Latuheru: Polisi Asal Papua Penerbang Airbus

Keputusan Audie berbeda dengan teman-teman sejawatnya yang memilih kuliah di kampus-kampus umum.

Liputan6.com, Jakarta - Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru merupakan Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya. Namun, ada cerita menarik dari perwira menengah polisi ini, dia mampu menerbangkan pesawat berbadan besar, Airbus.

Awal perjalanan AKBP Audie Latuheru di dunia penerbangan dimulai ketika ia bertugas di Gegana Brigade Mobil (Brimob), Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Para perwira di Gegana meminta para polisi untuk berkuliah agar menambah pengetahuan dan keterampilan.

"Komandan-komandan kita menyarankan untuk menambah kualitas diri, kuliah. Kalau sehari-hari enggak ada dinas operasi, kita kerjanya latihan, habis apel sore jam tiga disuruh kuliah, terserah milih," ujar Audie, Selasa, 28 November 2017.

Audie yang juga seorang penerjun payung kemudian tertarik untuk mendalami lagi dunia penerbangan. Ia memutuskan untuk masuk ke sekolah penerbangan Alfa Flying School, Jakarta Timur.

AKBP Audie Latuheru

"Waktu itu berpikir, saya dalami saja urusan olahraga udara. Ikut klub terbang dibantu teman-teman, akhirnya saya tertarik ikut flying school," ungkap dia.

Keputusan Audie berbeda dengan teman-teman sejawatnya. Teman-teman Audie memilih kuliah di kampus-kampus umum, dan akhirnya memiliki gelar sarjana. 

"Jadi teman-teman pada kuliah, saya ikut flying school. Jadi, teman-teman pada punya gelar macem-macem, sedangkan saya enggak," ucap Audie sambil terkekeh.

Sebelumnya, Audie pernah kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Cendrawasih, Jayapura. Namun, ketika masih di semester tujuh, Audie keluar dan masuk Akademi Kepolisian bersama beberapa rekannya.

Audie lulus dari Akpol pada 1996 dan pada 1997 masuk Gegana. Kemudian pada 2006, Audie mulai menempa diri sebagai pilot di Alfa Flying School.

Perjalanan Audie untuk lulus menjadi pilot tidaklah mudah. Sekolah penerbangan menuntut jam pelajaran, jam terbang, dan jam simulasi dipenuhi. Adapun Audie harus tetap menjalankan pekerjaannya sebagai polisi. Dinas ke berbagai daerah pun membuat proses studi beberapa kali berhenti.

"Saya dinas ke Aceh, otomatis berhenti. Saya kan dinas-dinas terus, ke Aceh ke Ambon, kepotong. Nah, kita sudah dinas enam bulan, setahun, balik lagi, harus masuk simulator lagi, ngetes lagi ngecek lagi. Kalau enggak salah 120 jam harus dipenuhi," jelas Audie.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Syarat Kelulusan

Setelah berhasil memenuhi syarat kelulusan, Audie kemudian mendapat Private Pilot Lisence (PPL) pada 2011. Pencapaian ini tdak serta-merta membuatnya puas. Ia kemudian berkeinginan untuk menerbangkan pesawat komersial.

"Kita sekolah jadi pilot untuk menerbangkan jenis pesawat tertentu, kita harus tape rating, sekolah lagi," kata Audie.

Untuk dapat menerbangkan pesawat komersial, seorang pilot yang sudah mempunyai PPL harus melewati tahap selanjutnya, yaitu Comersial Pilot Licence (CPL). Tak berhenti di situ, sebelum dapat menerbangkan pesawat komersial tertentu, ia harus mempunyai Comersial Pilot License - Instruments Rating (CPL - IR).

Audie kemudian memilih pesawat Airbus. Sebab, Airbus merupakan salah satu pesawat komersial yang banyak digunakan di Indonesia. "Nah, ngambil Airbus," tambah dia.

Audie baru saja lulus tes menerbangkan Airbus pada November 2017 di Madrid Spanyol. Setelah menjalani tes di Madrid, Audie juga menjajal pesawat berkapasitas 140 orang tersebut di Copenhagen, Denmark.

Polisi kelahiran Merauke, Papua, ini adalah satu-satunya perwira polisi yang bisa menerbangkan Airbus. Alasan lain ia memilih untuk dapat menerbangkan Airbus adalah bersiap jika suatu ketika harus bertugas melayani dunia penerbangan.

"Pilot polisi sudah banyak, saya kan latar belakangnya reserse, tidak menutup kemungkinan suatu saat saya akan melayani mungkin masyarakat penerbangan. Alangkah bagusnya saya memiliki bekal kemampuan pengetahuan dan keterampilan penerbangan," terang Audie.

Dunia penerbangan melibatkan banyak orang dan perputaran ekonomi yang besar. Menurut Audie, polisi perlu pengetahuan dan keterampilan juga untuk melayani dunia penerbangan.

"Paling tidak, mengerti apa permasalahan yang dialami mereka," jelas Audie.

Audie menambahkan, permasalahan-permasalahan tersebut akan lebih mudah diatasi karena pengalamannya sebagai seorang pilot.

"Lebih mudah karena saya mengerti dunia penerbangan karena saya pilot yang belajar pesawat komersil," tegas Audie.

Selain itu, bagi Audie menjadi pilot adalah sesuatu yang menyenangkan. Audie menikmati setiap jam terbangnya, namun tetap menjalani tugas utama sebagai Wadir Narkoba Polda Metro Jaya

"Terbang itu sesuatu yang menyenangkan. Pengalamannya indah," ungkap Audie sambil menunjukkan foto dan videonya ketika terbang dengan berbagai pesawat.

Audie memang polisi serba bisa. Selain pilot, ia juga pernah sekolah hacker di Computer Forensic Training, Pennsylvania Amerika Serikat. Tak hanya itu, ia juga pernah mengenyam studi beberapa sekolah spesialis lainnya baik di dalam maupun luar negeri.

Olahraga lainnya yang dia gemari adalah lari. Saat menjabat Kapolsek Setiabudi Jaksel, dia terpaksa menghentikan lari paginya untuk bernegosiasi dengan seorang pria yang hendal loncat dari jembatan penyeberangan Jalan Sudirman. (Liputan6.com/Andri Setiawan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini