Sukses

Sampai Saat Ini Tercatat 10 Pengungsi Gunung Agung Meninggal Dunia

Sebanyak 9.000 jiwa mengalami sakit hingga mendapatkan perawatan di RSUD Klungkung.

Fokus Indosiar, Bali - Setelah sepekan lebih pascaratusan ribu warga Karangasem mengungsi terkait stasus Gunung Agung di GOR Swecapura, Klungkung, Bali, tercatat 9.000 lebih warga pengungsi mengalami sakit dan 10 orang meninggal dunia. Sampai saat ini desa yang ada di zona berbahaya sekitar Gunung Agung hingga kini tetap diwajibkan mengungsi, karena status Gunung Agung masih dalam kondisi awas.
 
Meski demikian, warga pengungsi yang tinggal di zona bahaya tetap pulang secara berkala untuk melihat kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya.
 
Seperti ditayangkan Fokus Sore Indosiar, Rabu (4/10/2017), sampai saat ini sekitar 1.500 orang masih berada di GOR Swecapura dengan ribuan pakaian kotor yang dicuci dengan mesin cuci yang merupakan salah satu bentuk bantuan di lokasi pengungsian. Para pengungsi yang menempati lingkungan di luar rumah yang kurang terjaga, membuat kesehatan para pengungsi menurun.
 
Salah satunya di posko pengungsian Kabupaten Klungkung tercatat, sampai hari ini lebih dari 9.000 pengungsi jatuh sakit. Bagi warga yang kondisinya mengkhawatirkan harus dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung. Mayoritas pasien adalah balita dan warga lanjut usia. Umumnya mereka menderita gangguan saluran perpasan serta penyakit kulit.
 
Sejak dibentuknya posko pengungsian, tercatat juga 10 pengungsi meninggal. Mereka adalah para lansia yang kondisinya sangat lemah dan menderita penyakit kronis.
 
Selain pelayanan kesehatan, petugas posko tak ketinggalan menyiapkan layanan cuci baju bagi para pengungsi. Satu per satu warga mendaftar untuk mendapat nomor antrean. Setelah mendapat panggilan, pengungsi dapat menggunakan mesin cuci dengan batas maksimal tujuh kilogram pakaian kotor. Fasilitas ini tersedia di posko GOR Swecapura, Klungkung setiap hari.
 
Meski mayoritas penduduk di zona berbahaya Gunung Agung telah mengungsi, ada beberapa warga yang pulang secara berkala tiga hari sekali untuk mengecek rumah yang ditinggalkan. Masyarakat Dusun Badeg Dukuh misalnya, saat pulang mereka pun menyempatkan diri memberi makan hewan peliharaan.
 
Dusun Badeg Dukuh merupakan salah satu wilayah berbahaya letusan Gunung Agung terparah. Saat Gunung Agung meletus 54 tahun silam, ratusan warga dusun ini tewas terkena awan panas.

Â