Sukses

Gempa Terus Meningkat, Permukaan Kawah Gunung Agung Retak

Pada Sabtu 30 September 2017 saja, terjadi gempa vulkanik dalam 166 kali, vulkanik dangkal 50, dan tektonik lokal 4 kali di Gunung Agung.

Liputan6.com, Jakarta Dalam seminggu terakhir, intensitas gempa Gunung Agung di Bali semakin meningkat. Tercatat gempa vulkanik dalam terjadi 500 kali, vulkanik dangkal 300 kali lebih, dan tektonik lokal 70 kali dalam kurun waktu tersebut.

Bahkan pada Sabtu, 30 September lalu, gempa vulkanik dalam terjadi 166 kali, vulkanik dangkal 50 kali, dan tektonik lokal 4 kali dalam kurun waktu sejak pukul 06.00-12.00 Wita.

Gempa yang terus-menerus terjadi membuat permukaan kawah Gunung Agung retak.

"Diperkirakan mencapai 100 meter (retak permukaan kawah)," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika seperti dikutiup dari Antara, Senin (2//10/2017).

Keretakan ini otomatis membuat permukaan kawah Gunung Agung berubah. Petugas bisa mengamati solfara dari Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem.

Keretakan kawah itu diketahui setelah sebelumnya PVMBG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas sumatri, dan Dandim 1623 Karangasem Letkol INF Fierman Sjafrial melakukan pemantauan udara.

Terlihat muncul gas oksida belerang atau solfatara yang menandakan ada perubahan di kawah Gunung Agung, yang sudah disterilkan dalam radius 12 km.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jumlah Pengungsi Meningkat

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, meningkatkan status Gunung Agung menjadi Awas. Dampaknya, wilayah steril yang semula radius 6 kilometer (km) dari puncak gunung, diperluas menjadi 9 km.

Selain itu, ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 km menjadi 12 km ke arah Utara, Timur Laut, Tenggara dan Selatan-Barat Daya, sehingga kawasan berbahaya dalam radius 12 kilometer dari Gunung Agung yang harus dikosongkan.

Dari pengamatan visual PVMBG, menurut Gede Suantika, ketinggian gas solfatara itu mencapai sekitar 50 meter. Munculnya solfatara akibat kawah yang retak disebabkan dorongan panas dari magma gunung yang selama ini keberadaannya disucikan umat Hindu Pulau Dewata.

Kondisi gunung yang semakin mengkhawatirkan itu menyebabkan masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Agung semakin menjauh, dan jumlah pengungsi mencapai 143.840 jiwa orang mengungsi tersebar di 471 titik di seluruh Bali hingga Sabtu 30 September 2017 malam.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.