Sukses

Polri Akui Sidik Jari di Cangkir Penyiram Air Keras Novel Hilang

H2SO4 merupakan bahan kimia yang dapat melepuhkan kulit dan akan terlihat berlubang jika terkena pada bahan pakaian seperti jeans.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono membenarkan hilangnya sidik jari pada cangkir yang digunakan pelaku untuk menyiram air keras ke penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Kata Argo, saat saksi berusaha mengamankan cangkir itu, memang tidak ada yang mengawasi. Sehingga, saksi tersebut menggunakan kain untuk mengamankan barang bukti.

"Pengamanan untuk mug (cangkir) itu oleh saksi agar masyarakat tidak melihat atau melintas. Mug tersebut kemudian ditaruh di teras untuk diamankan," ucap Argo di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (23/8/2017).

Karena tanpa pengawasan itu, besar kemungkinan sidik jari pelaku yang ada di cangkir itu tak ditemukan ketika diteliti oleh petugas forensik.

"Iya (sidik jari) hilang," tegas Argo.

Dia juga menjelaskan, H2SO4 itu merupakan bahan kimia yang dapat melepuhkan kulit dan akan terlihat berlubang jika terkena pada bahan pakaian seperti celana jeans. Sehingga menyentuhnya tidak mungkin menggunakan tangan kosong atau tanpa alat bantu.

"Kita ada beberapa kemungkinan, bisa pakai sarung tangan, tapi ini semua masih bagian dari penyidikan dari pihak penyidik," ujar Argo.

 

Saksikan video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Foto Diduga Pelaku

Sebelumnya, Novel Baswedan menyayangkan tidak ditemukannya sidik jari pada cangkir yang digunakan pelaku untuk menyiram dia dengan air keras. Padahal, sidik jari itu menjadi bukti penting.

Dia pun merasa, penyidik Polri sempat menjaga jarak dengan keluarganya. Buktinya, polisi tidak memberikan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan) ke keluarga Novel.

Novel menceritakan, anggota Densus 88 yang menginvestigasi penyerangan dengan air keras itu telah menemukan indikasi pelaku. Sebuah foto yang diduga sebagai pelaku penyerangan pun dikirimkan ke Novel.

"Setelah menerima, saya kirimkan foto tersebut ke adik saya untuk diperlihatkan kepada orang di sekitar kejadian, apakah mereka mengenali foto tersebut. Hasilnya banyak orang yang mengenali foto tersebut dan meyakini orang tersebut sebagai pelaku (pengintai atau eksekutor)," jelas dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.