Sukses

Bamsoet: Persempit Ruang Gerak Simpatisan ISIS

Menurut dia, perlakuan hukum terhadap para teroris harus ekstra tegas termasuk kepada mereka yang diduga sebagai simpatisan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai pemerintah Indonesia patut memberi wewenang penuh kepada TNI dan Polri untuk mempersempit ruang gerak para simpatisan ISIS di Indonesia. Ini berkaca pada kegagalan pemerintah Irak dan Suriah dalam melumpuhkan kelompok radikal tersebut.

"Ketahanan nasional akan menghadapi ujian maha berat jika rencana ISIS membangun basis di Asia Tenggara tidak segera ditangkal," kata Bambang Soesatyo di Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Menurut dia, perlakuan hukum terhadap teroris harus ekstra tegas termasuk kepada mereka yang diduga sebagai simpatisan.

"Para simpatisan ISIS harus dilumpuhkan agar mereka tidak memiliki peluang mewujudkan basis ISIS di Asia Tenggara," kata Bambang Soesatyo.

Dia menilai beberapa indikasi radikalisme sudah terlihat di permukaan. Indikasi pertama adalah kecemasan yang sudah disuarakan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Keduanya, lanjut dia, sudah mengemukakan niat ISIS membangun basis di Filipina Selatan untuk mewujudkan kekhalifahan baru di sejumlah negara di Asia Tenggara. Negara yang dimaksud yakni Filipina, Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Indikasi kedua, kembalinya puluhan simpatisan ISIS warga negara Indonesia (WNI) ke Tanah Air.

"Pertanyaannya adalah mereka kembali untuk apa? Kembali untuk menjalani kehidupan normal? Atau, kembali untuk mewujudkan rencana ISIS membangun kekhalifahan di Asia Tenggara?" ujar Bambang.

Indikasi ketiga, kata dia, adanya rencana serangan bom bunuh diri ke Istana Negara.

Menurut dia, ada semacam gelagat sel-sel terorisme di Indonesia juga memberi respons positif terhadap rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara. Kelompok-kelompok teroris itu sudah terang-terangan melampiaskan kebencian pada segenap jajaran Polri.

Sejumlah prajurit Polri telah menjadi target serangan. Kelompok-kelompok itu juga diduga menunggangi ricuh pascaaksi damai 4 November 2016. Mereka menunggu polisi lengah untuk bisa merampas senjata.

"Apalagi, ada WNI yang sangat dipercaya pimpinan ISIS. Sosok WNI itu diduga mendalangi bom Sarinah. Bukan tidak mungkin, kelompok yang merencanakan ledakan bom di Istana Negara itu juga memiliki keterkaitan dengan WNI yang menjadi pentolan ISIS," kata Bambang.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.