Sukses

Kisah 3 Remaja di Mangga Dua Nyaris Jadi Korban Human Trafficking

Setelah berhasil kabur, tiga remaja asal Indramayu, Jawa Barat itu kebingungan kembali ke kampung halamannya.

Liputan6.com, Jakarta Tiga remaja hampir saja berakhir dengan masa depan memilukan. Jika saja mereka tak kabur dan ditemukan petugas kebersihan, mungkin saja tiga gadis remaja asal Indramayu, Jawa Barat ini jadi korban human trafficking atau perdagangan manusia.

SP, NFN, dan AW, tergiur ajakan AN, seorang lelaki yang berjanji memberikan mereka pekerjaan di Ibu Kota. Mereka dibawa dari kampung halamannya. Namun, setelah beberapa hari berada di Jakarta, mereka tak kunjung mendapat pekerjaan. Mereka pun curiga.

"Mereka kabur dari kos AN di daerah Mangga Dua Raya sekitar rel kereta," kata Kepala Seksi Sosial Kecamatan Taman Sari Nursawiji Widodo kepada Liputan6.com di Jakarta Barat, Selasa (13/12/2016).

"Mereka tidur di tempat kos dalam satu atap bersama dengan laki-laki lainnya, teman-temannya AN," lanjut Nursawiji.

Ketiga remaja itu merasa risih dan tak nyaman karena khawatir akan dijadikan pekerja seks komersil (PSK). Ketika AN tidur, remaja yang masih berumur 13 sampai 16 tahun itu pun kabur. Bahkan, mereka terpaksa meninggalkan semua barang-barang mereka di kontrakan itu.

"Hanya lari membawa baju di badan saja," ucap Nursawiji.

Tiga remaja itu terpaksa mau diajak ke Jakarta, karena putus sekolah akibat orangtua tak mampu membiayai. Ditambah, mereka tak tega melihat orangtua mereka yang jadi tulang punggung keluarga.

Agar tak membebani orangtuanya, mereka pun ikut AN ke Jakarta dengan izin orangtua mereka. Orangtua mereka mengizinkan, lantaran AN berjanji akan mempekerjakan mereka sebagai asisten rumah tangga (ART).

"AN adalah teman saudara dari salah seorang ibu mereka. Sebenarnya, ibu mereka tidak kenal dengan AN, tapi karena diiming-imingi pekerjaan untuk anaknya dengan gaji yang lumayan besar, maka ibu mereka mengizinkan anaknya dibawa oleh AN ke Jakarta," papar Nursawiji.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Punya Uang

Setelah berhasil kabur, tiga remaja itu kebingungan kembali ke kampung halamannya, Indramayu. Mereka juga tak punya uang untuk ongkos perjalanan.

Mereka akhirnya menjual cincin emas milik seorang di antaranya ke toko emas. Sayangnya, pedagang tak mau membelinya karena tak ada surat pembelian.

"Ketika mereka berjalan di sekitaran Mangga Dua Raya depan Gereja Sion, petugas kebersihan kecamatan yang melihat mereka kebingungan pun menghampirinya dan menanyakan mau ke mana. Mereka akhirnya menceritakan kebingungannya," kisah Nursawiji.

Petugas kebersihan kemudian berinisiatif memanggil sopir Bajaj dan meminta mengantarkan dia bersama tiga remaja itu ke kantor Kecamatan Tamansari. Petugas kebersihan itu tahu, di kantor tersebut ada Seksi Sosial Kecamatan.

Sesampainya di kantor Kecamatan Tamansari, petugas kebersihan menyerahkan ketiga perempuan muda itu ke Satpol PP. Lalu, Satpol PP menyerahkan ke Kepala Seksi Sosial Kecamatan Tamansari.

"Di tempat kami ketiga wanita yang masih di bawah umur itu menceritakan semua kejadian yang mereka alami. Lalu, kami memutuskan untuk memulangkan ketiga wanita itu ke kampung halamannya di Indramayu, dengan menggunakan kereta api  di Stasiun Senen," beber Nursawiji.

Saat mengantar ketiga remaja itu, petugas loket Stasiun Senen sempat menanyakan identitas mereka. Namun, setelah dijelaskan bahwa mereka remaja terlantar yang nyaris terjerumus ke perdagangan manusia dan tidak mempunyai identitas, akhirnya petugas loket memberikan tiket.

"Tapi alhamdulillah tiket sudah terbeli dan saya serahkan kepada mereka masing-masing. Akhirnya mereka dapat kembali pulang ke Indramayu dengan menggunakan kereta api jurusan Jatibarang," Nursawiji menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.