Sukses

Cuaca Ekstrem dan Tahun Bencana

Bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah di Indonesia, memang semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Liputan6.com, Bandung - Air begitu cepat merendam rel di Stasiun Kota Bandung (Stasiun Hall), Jawa Barat. Selain rel, banjir yang terjadi pada Minggu siang sekitar pukul 12.00 WIB itu merendam ruang tunggu di stasiun bagian selatan.

"Genangan air di Stasiun Bandung mencapai 20 sentimeter dan membuat aktivitas terhenti," ujar Koordinator Humas dan Protokoler Basarnas Jabar, Joshua Banjarnahor, saat dihubungi Liputan6.com di Bandung, Minggu, 13 November 2016.

Banjir yang merendam Stasiun Bandung atau Stasiun Hall mengakibatkan gangguan perjalanan kereta api di wilayah itu. Sebelumnya, hujan deras memang mengguyur Kota Bandung.

"Kondisi jalur rel Stasiun Bandung terendam air sejak pukul 12.00 WIB, akibatnya kereta api tertahan di sinyal masuk Stasiun Cikudapateuh dan Stasiun Ciroyom," ujar Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daop) II Ilud Siregar, dalam pesan singkatnya, Minggu, 13 November 2016, seperti dilansir Antara.

Boleh dikatakan, banjir di stasiun terbesar di Kota Bandung itu baru pertama kali terjadi. Penyebab banjir akibat hujan deras yang terjadi sejak tengah hari di sejumlah kawasan Kota Bandung, termasuk stasiun yang terletak di perbatasan Kelurahan Kebonjeruk dan Pasirkaliki tersebut.

Banjir mengakibatkan keterlambatan perjalanan dan pemberangkatan sejumlah rangkaian kereta api di stasiun itu pada Minggu siang hingga sore. "Ketinggian genangan sekitar 50 centimeter, dan merendam jalur rel dan ruang tunggu di stasiun bagian selatan, sehingga perjalanan KA tertahan di beberapa stasiun di Bandung," ucap Ilud.

Ia menyebutkan, akibat genangan air itu, PT KAI menghentikan perjalanan KA di beberapa stasiun terdekat. Alhasil, terjadi keterlambatan perjalanan dan pemberangkatan kereta api.

KA Argo Parahyangan nomor perjalanan 25 jurusan Bandung bahkan mengalami keterlambatan pemberangkatan dari pukul 14.30 WIB menjadi berangkat pukul 16.00 WIB. Ini berarti terlambat sekitar satu setengah jam.

Hujan Badai

Selain mengakibatkan banjir, hujan badai di kawasan itu juga mengakibatkan sebuah atap parkir kendaraan di Jalan Stasiun selatan juga ambruk akibat tertiup angin kencang.

Sementara itu hingga sore tadi sekitar pukul 16.50 WIB, hujan deras masih mengguyur kawasan Bandung Raya dan sekitarnya. Banjir juga terjadi di sejumlah daerah di Kota Bandung antara lain di Jalan Sukajadi dan Sukagalih, Jalan Cijerah depan Pasar Cijerah, perempatan Jalan Gedebage, Jalan Sunda.

Selain itu, banjir juga terjadi di Jalan Pagarsih. Bahkan banjir di kawasan Jalan Pagarsih ketinggiannya lebih parah dengan ketinggian sekitar 1,5 meter. Jalan itu kembali menjadi sungai akibat luapan Sungai Citepus yang tidak mampu menampung debit air.

Belasan pohon tumbang akibat hujan badai itu seperti di Lapangan Pajajaran, di Jalan Serayu, di Jalan Brantas, serta sebuah bilboard juga tumbang di Jalan Sudirman, Kota Bandung.

2 Banjir Bandang

Banjir saat ini memang kerap melanda kota berjuluk Paris van Java tersebut. Dua banjir bandang parah bahkan menimpa Kota Bandung hanya dalam sebulan. Jalan Pagarsih menjadi kawasan terparah, selain Pasteur dan Gedebage. Total sudah empat mobil warga terseret arus banjir bandang saat diparkir di daerah itu.

Banjir bandang juga menyebabkan nyawa Ade Sudrajat tewas setelah terbawa banjir saat berusaha menolong rekannya pada 24 Oktober 2016. Total kerugian akibat banjir bandang jilid I bahkan mencapai Rp 16 miliar.

Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengungkapkan analisisnya atas bencana banjir yang menerjang Kota Bandung. "Pergerakan tanah pemicu? Ya sudah pasti bergerak, tapi ini kita mapping seluruh kejadian banjir yang ada di Jabar, terutama Bandung. Ini hulunya kan sudah rusak. Jadi sudah terkikis, alih fungsi lahan yang harusnya jadi daerah serapan," kata dia, Jumat, 11 November 2016.

Faktor lainnya adalah adanya pendangkalan aliran sungai. Hal itu disebabkan kegiatan manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti membuang sampah dan meninggali lokasi yang semestinya menjadi daerah resapan air.

"Memang masyarakat kita sudah banyak yang tinggal di alur jadi menyempit. Jadi, kombinasinya segala macam, kombinasi pendangkalan penyempitan plus juga curah hujan yang di atas normal," kata Ego.

Langkah Ridwan Kamil

Adapun pada Rabu, 9 November 2016, sejumlah wilayah di Kota Bandung kembali diterjang banjir bandang, terutama di kawasan Jalan Pagarsih, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar. Banjir bandang terjadi setelah hujan deras mengguyur sejak sore hari.

Padahal, sekitar 1.000 petugas membongkar saluran/sedimentasi di wilayah tersebut untuk persiapan pemasangan Tol Air di Pagarsih.

Karena kejadian itu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menahan diri untuk tidak menyinggung pihak lain. Ia menegaskan Pemerintah Kota Bandung terus berupaya menanggulangi bencana musiman, terutama di kawasan Jalan Pagarsih, termasuk di dalamnya memperlebar gorong-gorong menjadi 2x2 meter untuk dua jalur.

"Pemkot Bandung pada dasarnya akan bekerja dan tidak akan menyalahkan siapa-siapa hanya kadang-kadang masalahnya di waktu dan kita upaya lagi...Dari zaman dulu memang sudah banjir, hanya sebagai manusia kita mencari cara dengan ilmu dan sebagainya," kata lelaki yang akrab disapa Emil itu saat meninjau lokasi banjir di Jalan Pagarsih, Rabu malam, 9 November 2016.

Emil mengungkapkan dua program bakal menjadi unggulan yaitu, danau resapan yang berfungsi sebagai parkir air serta sumur resapan di setiap rumah. Rencananya ada lima danau resapan akan dibangun pada 2017 mendatang di Jalan Bima, Sinaraga, Babakan Jeruk, depan Pasar Gedebage dan di kawasan masjid terapung yang kini masih dalam tahap pembebasan lahan.

Peringatan BMKG

Bukan hanya Bandung. Bencana hidrometeorologi di sejumlah daerah di Indonesia, memang semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini disebut karena faktor mulai adanya pertemuan angin hingga dipicu oleh skala atmosfer lokal maupun yang lebih luas lagi.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam beberapa hari ke depan suplai uap air sebagai pendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Sumatera dan Jawa relatif tinggi. Diperkirakan potensi hujan masih terus meningkat dalam seminggu ke depan.

"Khususnya di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Yunus S Swarinoto dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis 10 November 2016.

Besarnya pengaruh lokal dan tingginya pemanasan mengakibatkan periode saat ini hingga akhir November memicu peningkatan intensitas Thunderstorm yang memungkinkan terjadi petir dan angin kencang. Masyarakat pun diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di luar rumah pada sore hari.

Selain itu, lanjut dia, khusus untuk daerah perkotaan dan dataran tinggi, agar mengantisipasi hujan lebat dengan durasi singkat yang dapat menyebabkan genangan bahkan banjir bandang.

Tahun Bencana

Sepanjang tahun ini berbagai bencana alam dan cuaca ektrem terus mendera banyak daerah di Tanah Air. Mulai dari banjir, longsor hingga angin puting beliung.

"Tahun 2016 adalah tahun bencana. Berdasarkan data sementara selama tahun 2016, hingga 11 November 2016 tercatat 1.985 kejadian bencana," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu, 13 November 2016.

Menurut Sutopo, jumlah ini diprediksi terus bertambah karena curah hujan akan terus meningkat selama November hingga Desember mendatang. Dengan demikian, banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan terus terjadi di berbagai wilayah. Selain itu, belum semua kejadian bencana yang ada di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) belum dilaporkan ke BNPB.

"Jumlah kejadian bencana sebanyak 1.985 bencana ini adalah rekor tertinggi yang pernah terjadi sejak 10 tahun terakhir. Meskipun bencana yang terjadi tidak termasuk bencana besar, namun korban jiwa dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar," ia menambahkan.

Sebagai perbandingan jumlah kejadian bencana selama 10 tahun terakhir adalah tahun 2007 (816 bencana), 2008 (1.073), 2009 (1.246), 2010 (1.941), 2011 (1.633), 2012 (1.811), 2013 (1.674), 2014 (1.967), dan 2015 (1.677).

"Dampak yang ditimbulkan bencana selama tahun 2016 adalah 375 orang tewas, 383 jiwa luka-luka, 2,52 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan lebih dari 34 ribu rumah rusak. Diprediksi dampak bencana ini akan terus bertambah," Sutopo menekankan.

Dari 1.985 bencana, imbuh dia, bencana banjir adalah yang paling banyak terjadi, yaitu 659 kejadian. Selanjutnya berturut-turut adalah puting beliung 572 kejadian, longsor 485, kebakaran hutan dan lahan 178, kombinasi banjir dan longsor 53, gelombang pasang dan abrasi 20, gempa bumi 11, dan erupsi gunung api 7 kejadian.

"Bencana longsor merupakan bencana yang menimbulkan korban tewas paling banyak yaitu 161 jiwa. Sedangkan banjir menyebabkan 136 jiwa tewas, kombinasi banjir dan longsor 46 tewas, puting beliung 20 jiwa, erupsi gunung api 7 jiwa, gempa bumi 3 jiwa, dan kebakaran hutan dan lahan 2 jiwa," ujar Sutopo.

Untuk itu, Sutopo mengimbau warga meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi banjir, longsor dan puting beliung. Diprediksi hujan akan terus meningkat hingga puncaknya pada Januari 2017 mendatang.

"Sesuai dengan polanya, Januari merupakan puncak curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pola bencana juga menunjukkan bahwa Januari adalah bulan paling banyak bencana di Indonesia," juru bicara BNPB itu memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.