Sukses

Tingkah Tak Biasa Pendaki Depok yang Meninggal di Gunung Semeru

Sahat M Pasaribu merupakan anak kedua dari empat bersaudara

Liputan6.com, Depok - Pendaki asal Depok Sahat M Pasaribu meninggal saat akan menaklukan Gunung Semeru, Sabtu dini hari, 8 Oktober kemarin. Sahat tak tertolong akibat sakit yang dideritanya.

Antonius M Pasaribu, kakak korban mengaku masih tak percaya adiknya meregang nyawa di atas ketinggian Gunung Semeru. Sebab, sejak Sahat pamit mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa itu, dia dan anggota keluarganya lain tak punya firasat khusus.

Hanya saja, ungkap Antonius, adiknya tersebut sempat menunjukkan tingkah tak biasa beberapa hari sebelum keberangkatannya.

Di hari-hari keberangkatannya, adiknya selalu memberitahukan kepada sang ibu. Padahal, hal itu tak pernah dilakukan jika adiknya naik gunung.

"Ma, lima hari lagi Sahat ke Semeru, terus ma tiga hari lagi Sahat ke Semeru. Sampai hari Selasa dia bilang ma Sahat mau ke Semeru dong," kata Antonius, Minggu (9/10/2016).

Antonius juga sempat merasakan hal tak biasa, sebelum adiknya dikabarkan meninggal. Tiba-tiba dirinya ingin sekali tidur sekamar dengan adiknya dan mengenakan jaketnya.

"Saya gak ada firasat apa-apa cuma kangen aja waktu itu. Kemarin Sabtu jam 04.00 saya melihat ada orang di samping, saya kira Sahat, saya cuma senyum aja, tahunya pas jam 07.00 pagi bukan Sahat tapi nyokap," ujar Antonius.

Sahat M Pasaribu merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Dari semua adik-adiknya, Antonius mengaku sangat dekat dengan Sahat. Dia mengatakan jika adiknya yang satu ini memang sangat gemar naik Gunung. Beberapa gunung yang pernah didaki diantaranya Gunung Dieng dan Gunung Bromo.

"Sering naik gunung kalau ke Semeru baru pertama ini," tambah Antonius.

Biasanya, Sahat naik gunung bareng bersama teman-teman tongkrongannya. Tapi itu tidak terjadi ketika adiknya naiknya Gunung Semeru. Itulah yang membuat dirinya bingung.

"Bukan sama tim solidnya kayaknya, yang sekarang manajemen pendakiannya
kurang. Kalau kata teman-temannya adik saya fisiknya paling kuat tapi kan kemarin bukan sama teman teman yang biasanya” pungkas Antonius.

Sahat M Pasaribu dilaporkan meninggal dunia saat berupaya menaklukkan puncak Mahameru. Korban dilaporkan mengalami gangguan kesehatan dan nyawanya tak bisa diselamatkan, Sabtu dini hari, 8 Oktober kemarin.

Bersama 13 rekannya, Sahat tiba di Pos Perizinan Ranupane, 5 Oktober. Pada Jumat 7 Oktober, kondisi Sahat diketahui lemas dan tak mau makan sehingga dipaksa agar tetap mau makan.

Ia juga dipakaikan blanket atau jaket berbahan plastik dengan tujuan menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Saat rekan–rekannya berbenah bersiap turun, Sahat tertidur memakai satu sleeping bag rangkap beralaskan tutup tenda.

"Dini hari tadi korban diketahui sudah tak bisa diselamatkan. Sekarang masih menunggu keputusan keluarga untuk membawa jenazah almarhum," ujar Koordinator lapangan tim SAR Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Joko Purwito.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.