Sukses

Paspampres Selundupkan Senpi di Pesawat Presiden? Ini Kata Istana

Johan menjelaskan, anggota Paspampres yang membeli senjata dan membawa masuk ke Indonesia secara ilegal telah diberi hukuman.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Paspampres membeli senjata api dari tentara Amerika Serikat (AS) bernama Audi Sumilat. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan pembelian secara legal, hanya saja proses masuk ke Indonesia ilegal.

Juru Bicara Presiden Johan Budi membantah spekulasi yang berkembang, senjata itu masuk ke Indonesia karena melalui Pesawat Kepresidenan. Paspampres memang melekat menjaga presiden, sehingga diperbolehkan membawa senjata, bahkan dalam pesawat.

"Nah, pada 28 September 2015 itu tidak ada kegiatan atau kunjungan kerja Presiden ke AS. Sehingga dipastikan tidak melalui pesawat kepresidenan," kata Johan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (12/7/2016).

"Saya hanya memastikan tidak ada senjata yang dibeli itu melalui atau dibawa melalui pesawat kepresidenan," tegas dia.

Johan menjelaskan, Audi Sumilat yang membeli senjata dan membawa masuk ke Indonesia secara ilegal telah diberi hukuman. Publik juga diharapkan tidak mengaitkan kasus ini sebagai pelanggaran institusi, melainkan kesalahan personal semata.

"Ini person to person ya, bukan institusi," pungkas Johan Budi.

Tentara Amerika Serikat bernama Audi Sumilat mengaku terlibat dalam skema pembelian senjata dan mengirimnya ke pasukan pengamanan presiden (Paspampres).

Menurut penuturan Audi Sumilat, ia membeli senjata di Texas dan mengirim ke rekannya di New Hampshire. Dari sana benda tersebut diberikan ke anggota Paspampres TNI saat kunjungan ke Washington DC dan kantor PBB di New York pada 26 Oktober 2015.

"Audi Sumilat mengaku bersalah dan pembacaan vonis dilakukan pada Oktober 2016," ungkap kantor Jaksa Amerika Serikat di New Hampshire seperti dikutip dari Military US, Sabtu 9 Juli 2016.

Pria berusia 36 tahun menghadapi ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda $250 ribu atau sekitar Rp 3,2 miliar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.