Sukses

Top 3: Dua Guru Besar Berdebat soal Hari Lahir Jakarta

Adalah Profesor Hussein Djajadiningrat dan Nugroho Notosusanto yang mengatakan 22 Juni sebagai hari lahir Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini Jakarta kembali berulang tahun. Namun, penetapan 22 Juni sebagai hari jadi Jakarta pernah menjadi bahan perdebatan dua profesor.

Adalah Profesor Hussein Djajadiningrat yang pertama kali menetapkan 1527 sebagai tahun kelahiran Jakarta. Lalu ada mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nugroho Notosusanto yang mengatakan 22 Juni sebagai hari lahir Jakarta.

"Dalam disertasinya, Hussein menyatakan Jakarta berarti volbracthe zege atau 'kemenangan yang selesai'. Nama itu diberikan kepada kota yang semula bernama Sunda Kelapa oleh Fatahillah atau Faletehan, setelah direbut dari Kerajaan Pajajaran," tulis Nugroho.

Hingga malam ini, berita tersebut menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News, Rabu (22/6/2016).

Dua berita lainnya yang tak kalah diburu adalah keberatan Jessica Wongso yang dimentahkan Jaksa Penuntut Umum dan polemik asal mula nama Jakarta.

Berikut berita terpopuler yang terangkum dalam Top News:

1. Debat 2 Profesor soal Hari Lahir Jakarta

Salah satu manusia patung berdiri menghadap Gedung Fatahillah yang berada di kawasan Kota Tua, Jakarta, Jumat (4/3). Pemprov DKI segera melakukan revitalisasi kawasan Kota Tua dan membutuhkan dana anggaran sebesar Rp 200 miliar (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Di usianya yang hari ini menginjak 489 tahun, Jakarta pernah menjadi bahan perdebatan dua profesor.

Mereka adalah almarhum Profesor Hussein Djajadiningrat dan seorang sejarawan dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nugroho Notosusanto.

 Dalam disertasi yang berjudul Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten, Hussein menetapkan 1527 sebagai tahun kelahiran Jakarta. Sementara Nugroho, dalam Intisari edisi Juni 2001 menyatakan adalah guru besar sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Sukantolah yang menentukan 22 Juni sebagai hari lahir Jakarta. 

Nugroho menyatakan, pada 1954, Sukanto menulis risalah berjudul Dari Djakarta ke Djajakarta. Dia mencoba melengkapi tahun kelahiran Jayakarta dengan tanggal dan bulan. Penelitian ini merupakan tugas dari Wali Kota Jakarta saat itu, Sudiro.

Selengkapnya...

2. Penyebab Keberatan Jessica Wongso Dimentahkan Jaksa

Jessica Kumala Wongso, tersangka pembunuhan Wayan Mirna Salihin, mendengarkan jawaban Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang lanjutan di PN Jakarta Pusat, Selasa (21/6). Sidang tersebut dipimpin Ketua Majelis Hakim Kisyoro. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jaksa penuntut umum (JPU) menanggapi permohonan eksepsi atau keberatan tim penasihat hukum Jessica Kumala Wongso, terdakwa pembunuhan terhadap Wayan Mirna Salihin.

JPU pun menilai asumsi tim penasihat hukum Jessica keliru. Pengacara perempuan 28 tahun itu dianggap tidak memiliki kapasitas mempertanyakan kadar sianida dalam surat dakwaan.

"Karena penasihat hukum bukanlah ahli bidang ilmu toksologi atau kedokteran forensik," tegas JPU Ardito Muwardi dalam persidangan di PN Jakarta Pusat, Selasa (21/6/2016).

Sehingga, ia menyimpulkan, JPU menolak menjawab pertanyaan penasihat hukum. Jawaban untuk penasihat hukum Jessica dianggap sudah memasuki materi pokok perkara, dan hanya dapat dijelaskan ahli.

Selengkapnya...

3. Dari Mana Asal Mula Nama Jakarta?

Pekerja memasang penyangga dan kawat baja pada Patung Selamat Datang di Bundaran HI, Jakarta, Jumat (25/3). Pemasangan tersebut bertujuan untuk menjaga patung dari goncangan ketika bor Antareja melintasi kawasan Bundaran HI. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Hari ini Kota Jakarta merayakan ulang tahun yang ke-489. Namun hingga kini penetapan oleh Prof Soekanto ini masih menimbulkan polemik. 

JJ Rizal, peneliti budaya dan sejarah Betawi, menyebutkan nama Jakarta bahkan sudah muncul 500 tahun sebelum Jepang datang ke Indonesia.

Soekanto menulis, memang nama Jakarta muncul dalam masa Jepang dan diberikan untuk menggantikan nama Batavia yang berbau penjajahan dan bersifat kolonial. Namun, Sukanto menegaskan bukan berarti nama Jakarta itu adalah suatu ciptaan Jepang dalam Perang Dunia ke II.

Menurut Soekanto, nama Jakarta dengan berbagai variasinya (Djakerta, Djaketra, Jacatra, Djajakerta, Djajakarta) telah berusia lebih dari empat abad. Nama itu timbul, lenyap, dan timbul lagi dalam perjalanannya dari zaman ke zaman.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.