Sukses

Ketika Anak-anak Pasar Ikan Jadi Pemulung di Rumah Sendiri

Anak-anak Pasar Ikan juga bertugas memata-matai jika ada orang lain yang datang memungut besi bekas di atas reruntuhan rumah mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara sudah rata dengan tanah. Kawasan yang menjadi tumpuan hidup warga sekitar itu kini tinggal cerita.

Warga yang tak mau pindah ke rusun, nekat tetap bertahan di puing-puing reruntuhan bangunan. Untuk bertahan hidup, mereka harus berebut besi bekas dengan pemulung di kawasan itu.

Aktivitas berisiko di tengah puing-puing bangunan itu juga dilakukan anak-anak warga Pasar Ikan.

Pecahan beling dan kerasnya batu-batu reruntuhan bangunan tak menyurutkan langkah anak-anak berusia sekitar 8-15 tahun di Pasar Ikan. Mereka memanggul puluhan batang besi-besi bekas.

"Ya saya bantu-bantu orangtua mungut besi untuk di jual lagi. Buat makan," kata Indra (15) di lokasi, Jakarta Utara, Rabu 13 April 2016.


Saat memungut besi, Indra membawa tang besar, karet untuk ikat besi dan kain handuk yang digunakan untuk mengalasi pundaknya saat menggotong. Risiko tertusuk potongan besi dan menginjak pecahan beling yang berasal dari kaca jendela runtuhan rumah tak dihiraukan mereka.

"Rumah saya di situ (sambil menunjuk wilayah Aquarium). Itu sekarang hancur sama kayak rumah lain. Ya berdarah juga kalau kena kaca mah, tapi mau gimana kan sambil liat-liat lah," tutur Indra.

Teman sebayanya, Sigit (13), mempunyai alasan yang sama sampai memberanikan diri berdiri di atas puing-puing runtuhan bangunan. Makan dan bisa jajan bersama dengan temannya menjadi obat penawar dahaga setelah seharian bergelut mencari besi.

"Janjian makan bareng sama yang lain. Ntar nimbang terus buat jajan deh atau beli nasi padang bisa. Kalau laper, emang laper bang," tutup Sigit.

Warga RT 12 RW 04 Kampung Aquarium, Pasar Ikan, Junaedi (38) mengatakan, selain memulung, anak-anak Pasar Ikan juga diberi tugas memata-matai jika ada orang lain yang datang memungut besi bekas di kawasan itu.

"Anak-anak kecil di sini juga mungut besi dan jadi mata-matanya warga kalau ada pemulung lain. Ya mereka pasti mengadu ke kita yang gede (dewasa). Setidaknya kami bersama-sama satu tujuan isi perut dulu. Pungut besi terus jual, hasilnya ya buat makan. Hanya itu aja," tutur Junaedi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini