Kisah Firman Menjadi 'Patung' WR Soepratman di Kota Tua

Liputan6.com, Jakarta - "Pak, WR Soepratman itu siapa?" ujar Della, bocah perempuan 7 tahun itu pada bapaknya, usai berfoto dengan patung-patungan WR Soepratman di Kota Tua Jakarta.

Della menanyakan itu, usai bapaknya mengeja tulisan di bawah patung tempat anaknya berfoto.

Saat memasuki Kota Tua dari arah Stasiun Jakarta Kota pada pagi hingga sorenya anda akan disambut berbagai patung pahlawan Indonesia. Mereka bukanlah patung asli. Hanya manusia yang didandani sedemikian rupa hingga menyerupai patung.

"Sudah 1 tahun saya di sini, bersama kawan lainnya, kami ingin masyarakat tahu, bahwa generasi muda tak boleh lupa sejarah," ujar Firmansyah (30) yang sehari-harinya berlakon menjadi patung WR Soepratman pada Liputan6.com, Jumat 25 Maret 2016.

Firman, tak sendiri. Ia beserta teman-temannya tergabung dalam K3T (Komunitas Kreatif Kota Tua). Selain tokoh pencipta lagu kebangsaan itu, juga ada Soekarno, Hatta, Tentara pejuang, Kompeni dan Noni Belanda.

"Kami tak ingin generasi ini lupa identitas dirinya. Saya memang mengajak anak-anak untuk berfoto, agar mereka kelak tak lupa, bahwa bangsa ini punya orang-orang hebat dulunya," lanjut Firman.

Tak ada tarif yang dipatok Firman dan kawan-kawan. Baginya, menjadi patung para pahlawan bukanlah mencari untung. Tapi, lebih pada tanggung jawab sosial.

"Jangan sampai kita lupa akan sejarah. Kalau saya pribadi, nyari uang dari panggung ke panggung, mentas dan ngamen di kafe-kafe," kata Firman.

Untuk menjadi WR Soepratman, atau jadi tokoh sejarah lainnya. Firman menghabiskan uang yang tak sedikit. Dengan make up, cat, jas, sepatu, biola, peci dan properti pendukung lainnya. Firman bercerita, bahwa itu tak menguntungkan.

"Untuk satu kali tampil itu, bisa ratusan ribu. Body painting, make up dan lainnya rata-rata Rp 150 ribu. Tapi, bukan untung yang saya cari, saya sudah sangat nge-fans sama WR Soepratman. Alasan ini juga yang membuat kami berpisah," kisah Firman soal mantan Istrinya yang terpaksa bercerai karena keinginan Firman untuk terus menjadi pengingat sejarah pencipta lagu kebangsaan Indonesia.

Sebelumnya, Firman menjadi patung yang sama di Bandung, namun karena lain hal. Ia pindah ke Jakarta. Baginya, Kota Tua adalah tempat untuk merawat ingatan.

"Alhamdulillah, banyak yang tahu kalau WR Soepratman adalah pahlawan, tapi sedikit yang tahu kalau ia pencipta lagu, bahkan WR di depan namanya banyak yang tak tahu," ujar Firman.

Dengan kotak biola yang ia taruh di depan, Firman dan Kawan-kawan akan bergaya dengan setiap orang yang ingin berfoto dengan mereka. Tak ada tarif, berapa kali pun berfoto, bayar seikhlasnya.

Tak jarang, Firman juga mendongeng soal WR Soepratman pada anak-anak yang bertanya, kenapa wajahnya penuh cat. Atau kenapa kacamata yang dipakai Firman berbentuk bundar.

Kadang-kadang, Firman mengusili para anak muda yang berebut ingin berfoto. Firman menanyakan hal-hal seputar WR Soepratman, jika terjawab boleh foto gratis.

"Saya pribadi berharap, agar masyarakat tak melupakan para pahlawannya. Saya lebih senang dikenal sebagai WR Soepratman. Tak jarang saya berkontemplasi, agar lebih menjiwai peran," kata dia.

Pengunjung yang datang silih berganti, mengantre ingin berfoto dengan WR Soepratman. Ada yang memasukkan uang pecahan Rp 5.000, atau lebih.

Termasuk Della, usai bercengkarama dan berfoto dengan WR Soepratman. Della bersama bapak dan ibunya berlalu. Kini giliran gadis remaja dengan tongkat narsisnya berfoto bersama WR Soepratman.

"Tau gak siapa WR Soepratman?," tanya Firman pada gadis itu. "Pahlawan kan?" jawabnya. "Emang, Soepratman ngapain sampai ia dianggap pahlawan?" lanjut Firman bertanya.

"Ya ikut perang, hehehe," ujar gadis dengan rambut kuncir kuda itu sambil tertawa.

Apakah Anda masih ingat bait lagu Indonesia Raya ciptaan Soepratman?