Sukses

Ini Penyebab Orang Jadi Teroris Versi Psikolog UI

Ketimbang meributkan pornografi, Kemenkominfo lebih baik menangkal propaganda ideologi-ideologi radikal.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Prof Hamdi Muluk mengatakan, tidak ada faktor tunggal yang bersifat umum dan pasti yang bisa mengantar seseorang menjadi teroris.

Karena, menurut Hamdi, ada faktor-faktor kerentanan secara psikologi yang memperbesar kemungkinan seseorang menjadi radikalis, yaitu dogmatisme, merasa kosong secara spiritual, dan kurang berpikir kritis.

"Tiga faktor itu menjadi subur ketika berhadapan dengan proses indoktrinasi dan ideologisasi oleh kelompok radikal," ujar Hamdi di Kampus UI, Senin (1/2/2016).
 
Hamdi juga menuturkan, usaha-usaha untuk mengatasi problem radikalisme dan terorisme dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu tindakan keras dan tindakan lunak.

Tindakan keras berupa penangkapan, penindakan, kontra-intelijen, pemenjaraan dengan teknik isolasi dan hal-hal lain yang menjadi domain hukum, militer dan intelijen.

"Sedangkan tindakan lunak dapat dibagi menjadi 3 respons, yakni pendidikan, media, dan ideologi," jelasHamdi.


Respons pendidikan, kata Hamdi, bertujuan untuk mereformasi pola pengajaran di sekolah-sekolah sehingga dapat menghadirkan pendidikan yang lebih mengajarkan berpikir kritis, pluralisme, toleransi dan tidak dogmatis.

Semantara respons media, berarti merebut pertarungan ideologis di media massa karena media massa merupakan media strategis yang suka dipakai oleh para teroris untuk mengampanyekan ajaran-ajaran radikal.

"Ketimbang meributkan pornografi, Kementerian Komunikasi dan Informasi lebih baik menangkal propaganda ideologi-ideologi radikal global masuk ke tanah air lewat jaringan media," ujar Hamdi.

Sedangkan yang dimaksud respons ideologis, masih menurut Hamdi, adalah melumpuhkan ideologi radikal sebagai faktor kunci. Langkah pertama untuk itu adalah dengan mengurangi sisi supply side atau mengurangi asupan terkait ideologi radikal.

"Mungkin perlu dipikirkan untuk melakukan sertifikasi pendidik atau pendakwah sehingga tidak mengusung ideologi radikal," lanjut Hamdi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini