Sukses

Migrasi Burung di Pulau Dewata

Gunung Sega, Bali Timur menjadi tempat ratusan burung pemangsa atau raptor kerap melintas saat bermigrasi.

Liputan6.com, Bali - Baru saja hujan yang masih sesekali mengguyur kawasan perkebunan Kabupaten Negare, Bali Barat. Tentu saja air langsung meresap dalam tanah yang telah lama kering.

Daun-daun muda bermunculan mengisi ranting-ranting pohon jati yang sempat meranggas. Air juga mulai mengisi sumur-sumur di ladang. Ini pertanda awal musim tanam dimulai.

Negeri ini baru saja melewati kemarau panjang. Bagi sebagian besar makhluk di kawasan ini, kemarau bisa jadi petaka. Namun sebagian lain justru musim untuk bertahan hidup.

Kabupaten Negare, Bali Barat, ribuan burung pipit menyerbu lahan pertanian yang telah menguning. Bulir-bulir padi menggoda kawanan burung kecil.

Tak hanya pipit, bangau putih atau kuntul kerap terbang berkelompok melintas lahan persawahan. Pipit dan kuntul menjadi contoh burung lokal yang berpindah tempat atau migrasi untuk mencari makanan.

Bertahan hidup jelas jadi tujuan. Gunung Sega, Bali Timur di sinilah ratusan burung pemangsa atau raptor kerap melintas saat bermigrasi.

Mereka umumnya berasal dari belahan bumi bagian utara seperti Rusia, Jepang, China yang saat ini tengah memasuki musim dingin.

Gunung Sega, Bali Timur, ratusan burung pemangsa atau raptor yang melintasi langit bukanlah asli dari Indonesia, melainkan dari belahan bumi bagian utara seperti Rusia, Jepang dan China.

Jarak tempuh kawanan ini mencapai ribuan kilometer bermigrasi ke wilayah beriklim tropis seperti Indonesia. Berkurangnya sumber makanan di habitat asli kawanan ini akibat musim dingin jadi alasan.

Umumnya raptor bermigrasi ke wilayah tropis sekitar bulan September hingga November setiap tahun. Mereka akan kembali ke habitat aslinya pada bulan Maret hingga Mei.

Dari belasan jenis raptor yang rutin bermigrasi ke Indonesia, ada 3 jenis yang sering dijumpai. Elang sikep madu asia atau oriental honey buzzard yang dalam bahasa latin disebut pernis ptilorhyncus.

Ukuran tubuhnya yang relatif besar membuat sikep madu asia sangat mudah diindetifikasi ketika bermigrasi. Larva dalam sarang lebah  jadi santapan burung pemangsa ini. Hebatnya sikep madu asia tahan dari sengatan lebah.

Berikutnya elang alap China atau accipter soloensis. Dengan berukuran tubuh sedang, elang alap China kerap memangsa satwa lain seperti serangga, reptil dan pengerat.

Ketika bermigrasi, elang alap China sering terbang berkelompok hingga berjumlah ratusan. Terakhir elang nipon atau accipter gularis. Dari namanya bisa diketahui raptor ini berasal dari negeri 'matahari terbit,' Jepang.

Berukuran relatif sedikit lebih besar dari elang alap China, manuver-manuver lincah pada saat terbang menjadi salah satu ciri khasnya. Mangsanya adalah mamalia dan reptil kecil.

Gunung Sega laksana surga bagi aves. Kawasan ini menjadi gerbang perlintasan ribuan raptor migran. Selama musim migrasi, ribuan ekor telah melintasi kawasan ini.

Menuju Indonesia, kawanan burung raptor ini harus terbang hingga ribuan kilometer dari daerah asalnya. Untuk mencapai tujuan, mereka mengandalkan sistem navigasi yang sangat mengagumkan.

Saksikan selengkapnya dalam video yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (16/11/2014), di bawah ini. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.