Sukses

2 Orang Tewas Dalam Bentrokan Warga di Timika

Bentrokan itu terjadi di Jalan Yos Sudarso atau di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Timika, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika.

Liputan6.com, Jayapura - Dua orang tewas dan satu lainnya terkena panah dalam bentrok antarwarga di Kota Timika, Senin (28/4/2014) sekitar pukul 06.30 WIT. Bentrokan itu terjadi di Jalan Yos Sudarso atau di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Timika, Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Jayapura.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pudjo menuturkan bentrokan berawal saat sekelompok warga Suku Moni berkumpul di sekitar RSUD Timika. Kelompok warga yang dipimpin Musa Hagabal Janampa ini memanah mobil Avanza yang ditumpangi 4 orang.

Panah itu, kata Pudjo, mengenai punggung salah satu penumpang bernama Pilemon Hagabal. Selain itu, satu penumpang yang bernama Didimus Hagabal yang terjatuh dari mobil itu langsung dikejar sekelompok masyarakat Moni hingga ke arah belakang Rumah Makan Karonah di samping RSUD.

"Korban Didimus dengan luka panah dan parang masuk ke rumah Ibu Elisabet Kemesfle yang rumahnya samping RSUD. Saat itu korban masuk lewat pintu belakang rumah untuk minta pertolongan, namun nyawanya tak tertolong," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pudjo di Jayapura, Senin (28/4/2014).

Untuk meminimalisir jatuhnya korban, kepolisian setempat langsung melakukan penyisiran. Namun dalam penyisiran itu polisi menemukan satu jenazah yang diduga atas nama Musa Janampa, kepala kelompok yang melakukan penyerangan kepada mobil Avanza tersebut.

Jenasah Musa ditemukan sekitar 500 meter di belakang gereja. "Tidak ditemukan luka di tubuh korban, hanya luka lecet dan ada dugaan sementara korban mengalami penyakit jantung," ungkap Pudjo.

Polisi juga telah memeriksa tiga orang saksi terkait kejadian tersebut. Di antaranya Ones Rumpaidus (30) yang kesehariannya bekerja sebagai petugas keamanan di RSUD Timika, Elisabet Kemesfle (34), dan Angelina Sihombing (19) yang menjadi korban pemanahan warga.

"Polisi telah melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh adat dari kedua belah pihak, agar pertikaian antarwarga ini dapat terhenti dan kedua suku dapat menahan diri," ucap dia.

Sebab, lanjutnya, aktivitas warga terganggu akibat bentrokan ini. Anak-anak untuk pergi ke sekolah pun takut.

"Kami berharap semua stakeholder asal daerah kedua suku ini berasal, di antaranya di Jayawijaya, Intan Jaya, Paniai, Puncak dan Puncak Jaya dapat membantu terciptanya perdamaian," tukas Pudjo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.