Falun Gong, Antara Kesehatan dan Aliran Sesat

Liputan6.com, Jakarta: Belasan lelaki mengambil posisi duduk bersila di depan Kantor Kedutaan Besar Cina, Jakarta. Mereka melakukan meditasi. Sesekali tangan diangkat melebihi kepala dengan telapak tangan ditutup berhadapan. Tak lama polisi datang. Masih dalam posisi semedi seorang demi seorang dinaikkan ke dalam mobil. Mereka diusir karena dianggap mengganggu ketertiban melakukan spiritual Falun Gong di tengah acara Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika.

Seperti juga di negara kelahirannya, Cina, aliran Falun Gong di Indonesia disebarkan lewat jalan belakang. Pemerintah pernah mengeluarkan imbauan agar masyarakat berhati-hati terhadap aliran itu. Alhasil meski dikenal sejak 1995, lembaga resmi Falun Gong baru berdiri lima tahun silam [baca: Masyarakat Diminta Mewaspadai Falun Gong]. Kini, anggota Falun Gong di Tanah Air tercatat mencapai 3.000 orang.

Selama masa perkembangannya jarang terjadi kasus luar biasa hingga kejadian pekan silam itu. Aparat keamanan sepertinya punya alasan sendiri. Pengikut Falun Gong ditertibkan karena berdemonstrasi mendesak Presiden Cina Hu Jintao berhenti menindas kaum mereka di Negeri Tirai Bambu. Sebanyak 12 orang yang bermeditasi akhirnya divonis pidana ringan [baca: Aktivis Falun Gong Disidangkan di PN Jaksel].

Memang, pengikut Falun Gong di Cina mendapat penindasan. Pemerintah Cina sejak 1999 melarang aliran itu disebarluaskan karena dianggap mengganggu dan membahayakan masyarakat. Aturan itu dilanggar para penganut Falun Gong. Buntutnya mereka sering disiksa dan ditindas [baca: Pemerintah Cina Membebaskan 47 Pengikut Falun Gong].

Sepintas gerakan meditasi Falun Gong cenderung mirip senam tai chi chuan. Gerak latihannya terdiri dari senam dan meditasi atau xiu lian yang berakar dari budaya Cina kuno. Menurut pengikut Falun Gong, meditasi mengalirkan energi kuat di sekujur tubuh sehingga badan tetap bugar. Latihan itu juga membuat pikiran bersih dan jiwa stabil [baca: Falun Gong, Latihan Membersihkan Pikiran]. Falun Gong bisa dipelajari secara otodidak dengan membaca buku Zhuan Falun buah tangan Li Hong Zhi, pendiri aliran itu.(KEN/Cindy Agustina dan Yuli Sasmito)