Sukses

Uni Eropa Bakal Izinkan Penumpang Pesawat Nyalakan Ponsel Tanpa Aktifkan Mode Penerbangan

Sebelumnya, penumpang pesawat selalu diingatkan untuk mematikan ponsel mereka atau mengaktifkan mode airplane (penerbangan) saat berada di dalam pesawat.

Liputan6.com, Jakarta - Penumpang pesawat yang terbang di kawasan Uni Eropa (UE) akan segera diizinkan menggunakan ponsel mereka tanpa mengaktifkan mode airplane. Hal ini menyusul keputusan Komisi Eropa untuk membolehkan maskapai penerbangan menyediakan teknologi 5G, selain mengizinkan penggunaan data seluler.

Meskipun detail tentang cara kerjanya belum dirilis, perubahan tersebut menandakan wisatawan dapat melakukan panggilan telepon, teks, dan streaming video. Padahal, mereka selama ini diwajibkan untuk mematikan ponsel atau mengaktifkan mode penerbangan selama perjalanan menggunakan pesawat. 

Aturan itu dibuat karena data seluler dapat memengaruhi komunikasi penerbangan. "Ada kekhawatiran mereka dapat mengganggu sistem kendali penerbangan otomatis," kata Dai Whittingham, kepala eksekutif Komite Keselamatan Penerbangan Inggris, kepada BBC, dikutip dari Euro News, Selasa (6/12/2022).

"Apa yang telah ditemukan dengan pengalaman adalah risiko interferensi sangat kecil."

Penggunaan frekuensi 5G dikhawatirkan dapat menghambat sistem penerbangan di Amerika Serikat dan bahkan menyebabkan perubahan pada pengukuran ketinggian. Namun, Whittingham menyakinkan hal itu bukan masalah di Inggris dan Uni Eropa.

"Terdapat lebih sedikit kemungkinan gangguan," katanya. "Kami memiliki frekuensi yang berbeda untuk 5G dan ada pengaturan daya yang lebih rendah daripada yang diizinkan di AS."

"Masyarakat yang bepergian menginginkan 5G," ujarnya. "Regulator akan terbuka dengan kemungkinan itu, tapi akan ada langkah-langkah yang diambil untuk memastikan bahwa apa pun yang mereka lakukan itu aman."

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kapan Mulai Berlaku?

Keluarnya persetujuan dari Komisi Eropa berarti maskapai penerbangan akan segera mengizinkan penumpang untuk menggunakan data ponsel di dalam penerbangan. Negara-negara anggota UE diberi waktu hingga 30 Juni 2023 untuk menyediakan teknologi 5G di pesawat.

Artinya, para penumpang baru bisa menikmati kebebasan itu pada penerbangan tahun depan. "5G akan memungkinkan layanan inovatif bagi orang-orang dan peluang pertumbuhan bagi perusahaan-perusahaan Eropa," kata Thierry Breton, Komisaris Uni Eropa untuk Pasar Internal, dalam sebuah pernyataan.

"Langit tidak lagi menjadi batas dalam hal kemungkinan yang ditawarkan oleh konektivitas super cepat dan berkapasitas tinggi," katanya.

Maskapai akan dapat menyediakan internet berkecepatan tinggi dengan frekuensi 5G, yang memungkinkan penumpang mengunduh film dalam beberapa menit. Selama ini, penumpang hanya mengandalkan layanan wifi pesawat untuk bisa berkomunikasi di ponsel mereka. Itu pun tersedia dalam waktu terbatas dan tidak semua aplikasi bisa digunakan.

Padahal, minat penumpang untuk bisa berkomunikasi secara online di pesawat meningkat, terutama di masa pandemi. Hal ini ditunjukkan lewat hasil Survei Pengalaman Penumpang 2022 yang digelar Inmarsat. Sebanyak 74 persen dari responden mengatakan penting untuk tetap terhubung ke wifi saat terbang, naik dari 39 persen pada 2021.

3 dari 4 halaman

Tak Semua Sepakat

Walau begitu, keputusan Komisi Eropa tidak disambut baik semua pihak. Meski rencana tersebut dipuji sebagai langkah maju untuk perjalanan pesawat, tidak semua orang senang.

"Mengingat cara orang berperilaku dengan ponsel mereka di semua angkutan umum lainnya, ini adalah berita yang menyedihkan," tulis seorang pengguna di Twitter.

"Satu lagi alasan untuk membenci terbang. Bayangkan terjebak di kursi di sebelah seseorang di ponsel mereka selama berjam-jam," kata yang lain.

"Bahkan tidak ada rencana untuk naik pesawat yang tenang!"

Beberapa pelancong juga menikmati istirahat dari ponsel mereka. "Saya suka di pesawat (dan saya jarang terbang) sama sekali tidak ada kontak […] Ini benar-benar dimatikan," cuit seorang warga Twitter.

Kekhawatiran sebagian penumpang pesawat beralasan. Pasalnya, berkomunikasi via telepon di pesawat bisa mengganggu penumpang pesawat lain, apalagi bila dilakukan tanpa adab.

Hal itu bisa menyebabkan cekcok antara sesama penumpang seperti kasus yang terjadi antara politikus PAN Ahmad Mumtaz Rais dan Wakil Ketua KPK Nawawi Pamolango di pesawat Garuda Indonesia pada Agustus 2022.

 

4 dari 4 halaman

Sudah Ditegur 3 Kali

Dikutip dari kanal News Liputan6.com, Polda Metro Jaya membenarkan adu mulut antara putra bungsu politikus senior Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais dengan Wakil KPK Nawawi Pamolango di pesawat Garuda Indonesia. Cekcok itu terjadi lantaran Mumtaz tak terima ditegur untuk tidak bertelepon di dalam pesawat yang tengah mengisi bahan bakar.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, sebelum ribut dengan Nawawi, Mumtaz Rais ditegur tiga kali oleh pramugari.

"Berdasarkan pengaduan awal, diadukan di pospol, bahwa dia cekcok pegawai pemerintah di KPK itu cekcok dengan seseorang. Tapi awal mulanya cekcok antara anaknya siapa itu, MR ditegur oleh pramugari selama tiga kali," kata Yusri Yunus di Mapolda Metro Jaya, Jumat, 14 Agustus 2020.

Namun, teguran awak kabin dibalas bentakan oleh Mumtaz Rais. Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango yang kebetulan duduk berdekatan di kursi 6K, mencoba mengingatkan bahwa tindakan Mumtaz itu salah. Tapi, Mumtaz Rais tetap tidak terima. Keduanya pun terlibat adu mulut dan akhirnya dilerai oleh kawan Mumtaz yang duduk di belakangnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.