Sukses

New York dan Singapura Jadi Kota Termahal di Dunia Tahun 2022

New York dan Singapura ditetapkan sebagai kota termahal di dunia tahun 2022 setelah pelacakan pengeluaran sehari-hari di 172 kota dilakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Economist Intelligence Unit (EIU) telah merilis Indeks Biaya Hidup Sedunia pada 2022. Pihaknya melacak pengeluaran sehari-hari di 172 kota di seluruh dunia, yang kemudian menetapkan New York dan Singapura sebagai kota termahal di dunia tahun 2022.

Melansir CNN, Sabtu (3/12/2022), EIU membandingkan lebih dari 400 harga individu di lebih dari 200 produk dan layanan di kota-kota tersebut. Mereka mensurvei berbagai bisnis, baik kelas atas maupun bawah, untuk mengetahui harga yang berfluktuasi selama setahun terakhir.

Ada empat kota Eropa dalam 10 besar: Zurich (peringkat ke-6) adalah yang tertinggi, dengan Paris, Kopenhagen, dan sesama kota Swiss, Jenewa, melengkapi sisanya. Penyebab paling signifikan dari kenaikan harga di Eropa Barat adalah lonjakan harga gas, akibat dari perang Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, sementara wilayah tersebut mencoba mencari sumber gas alternatif.

Harga satu liter bensin tercatat naik 22 persen dibandingkan periode tahun lalu. Tidak mengherankan, kota-kota Rusia Moskow dan St. Petersburg sama-sama mengalami kenaikan biaya hidup yang signifikan, sementara ibu kota Ukraina, Kyiv, tidak dianalisis tahun ini.

Selain biaya bahan bakar, salah satu faktor yang dikutip EIU adalah nilai Euro yang tidak merata, yang digunakan oleh beberapa, tapi tidak semua kota di Eropa dalam daftar tahun ini. Inggris menggunakan pound, dan Swiss memiliki franc. Tiga kota lain di Eropa, yakni Stockholm, Lyon, dan Luksemburg, juga menolak masuk daftar.

Secara umum, biaya hidup di dunia rata-rata naik 8,1 persen pada 2022, karena perang Rusia di Ukraina dan efek pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. "Perang di Ukraina, sanksi Barat terhadap Rusia, dan kebijakan nol-COVID China telah menyebabkan masalah rantai pasokan," Upasana Dutt, kepala biaya hidup dunia di EIU, mengatakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pertama Kali untuk New York

Itu, menurut Dutt, mengakibatkan krisis biaya hidup di seluruh dunia setelah dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga dan pergeseran nilai tukar. "Kami dapat dengan jelas melihat dampaknya dalam indeks tahun ini, dengan kenaikan harga rata-rata di 172 kota dalam survei, yang mana itu tertinggi dalam 20 tahun terakhir," ia mengatakan.

"Kenaikan harga bensin di kota-kota sangat kuat, seperti tahun lalu, tapi makanan, utilitas, dan barang-barang rumah tangga semuanya jadi lebih mahal bagi penduduk kota," imbuhnya.

Tahun ini merupakan pertama kali New York mendarat di peringkat pertama daftar tersebut, meski seri dengan Singapura yang sering jadi pemenang. Pada perhitungan tahun 2021, New York berada di posisi ke-6.

Dua kota metropolitan Amerika lainnya juga masuk 10 besar. Los Angeles berada di urutan ke-4 dengan Hong Kong dan San Francisco di urutan ke-8. Secara total, 22 dari 172 kota yang dilacak EIU setiap tahun berada di AS, termasuk Portland, Boston, Chicago, dan Charlotte.

Setiap orang dari 22 kota itu mengalami kenaikan inflasi tahun ini. Sedangkan juara tahun lalu, Tel Aviv, turun ke posisi ketiga.

3 dari 4 halaman

Versi Lainnya

Perusahaan lain, firma mobilitas global ECA International, menerbitkan peringkatnya sendiri untuk kota-kota termahal di dunia setiap tahun. Daftar ECA menggunakan metodologi sedikit berbeda, melihat pengeluaran sehari-hari seperti sewa dan biaya angkutan umum, juga tidak memasukkan produk mewah dalam perhitungannya.

Daftarnya, yang diterbitkan pada Juni 2022, memberi Hong Kong gelar kota termahal untuk tahun ketiga berturut-turut dan New York di urutan kedua. Namun, daftar ECA sangat condong ke kota-kota besar di Asia, karena Seoul, Shanghai, dan pusat kota Asia Timur lain semuanya masuk dalam 10 besar.

Tel Aviv, yang berada di tempat ke-6, juga diperhitungkan dalam kategori Asia dan memberikannya enam dari 10 tempat di daftar tersebut. Asia juga mengklaim kehormatan jadi rumah bagi kota dengan pertumbuhan tercepat di daftar keseluruhan.

Itu adalah Kolombo, kota metropolitan utama Sri Lanka, yang melonjak 23 peringkat dari 162 jadi 149. Lee Quane, direktur regional ECA untuk Asia, menjelaskan alasan pertumbuhan kehadiran China daratan di indeks.

4 dari 4 halaman

Faktor Eksternal

"Mayoritas kota di China daratan dalam peringkat kami memiliki tingkat inflasi lebih tinggi daripada yang biasa kami lihat, tapi biasanya masih lebih rendah daripada tempat lain di Asia," kata Quane. "Oleh karena itu, alasan utama kenaikan peringkat mereka adalah terus menguatnya yuan Tiongkok terhadap mata uang utama lain."

Paris, yang menduduki puncak daftar ECA pada 2021, keluar dari 30 besar. Madrid, Roma, dan Brussel juga turun. "Hampir setiap kota besar zona euro mengalami penurunan peringkat tahun ini karena kinerja euro lebih buruk dalam 12 bulan terakhir daripada dolar AS dan pound Inggris," jelas Quane.

Faktor eksternal seperti politik dan konflik internasional juga berperan. Invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi yang menyertainya membuat Moskow berada di posisi ke-62 dan St Petersburg mendarat di urutan ke-147.

Kota termahal di Eropa adalah Jenewa, Swiss, yang berada di urutan ke-3 setelah Hong Kong dan Kota New York. Swiss menggunakan franc Swiss sebagai pengganti euro. Sementara, pandemi juga tercatat berperan dalam rantai pasokan global dan faktor ekonomi lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.