Sukses

Kedai Es Teh Jaya Abadi, Bentuk Kultur Nongkrong Baru di Bogor

Menu di Kedai Es Teh Jaya Abadi ini dijual mulai dari Rp5 ribu sampai Rp15 ribu saja.

Liputan6.com, Jakarta - Teh telah jadi minuman favorit lintas generasi. Bagi para pecinta teh, ada satu kedai unik di Bogor yang sayang untuk dilewatkan. Berlokasi di Jalan Merdeka, Kota Bogor, Jawa Barat, Kedai Es Teh Jaya Abadi memiliki banyak pilihan teh yang seluruhnya diolah dari teh tubruk asal Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Kehadirannya, diceritakan si pemilik, Tegoeh Winandar, terinspirasi dari wedangan di Solo. Pada 2016, Tegoeh mengenyam pendidikan spesialis bedah di Solo dan mulai jadi penikmat teh.

Ketika ada waktu lengang, Tegoeh lebih suka menghabiskan waktu di tempat Wedangan. Kebiasaan inilah yang dibawa ketika ia kembali ke Bogor, membuatnya menginisiasi kedai teh sebagai tempat nongkrong baru. 

"Saya kepikiran, kenapa enggak coba buat tempat nongkrong dengan kultur baru di Bogor. Kayaknya di Bogor belum ada tempat nongkrong, tapi khusus minum teh," tuturnya pada Liputan6.com melalui wawancara virtual, Rabu, 30 November 2022.

Akhirnya pada April 2022, saat pertengahan Ramadan, Tegoeh membuka kedai tehnya. Saat itu, ia ingin membuka kedai saja tanpa melihat pasar karena hanya ingin memberikan pengalaman minum teh pada para pengunjung. 

"Saat buka, saya sempat berpikir kalau memang enggak laku, kedai ini buat saya nongkrong pulang kerja," imbuhnya.

Awalnya, kedai teh ini hanya dilirik orang tua dan orang Jawa Tengah yang bekerja di Bogor. Namun, semakin lama, kedai teh ini lebih ramai dengan anak muda. Hingga saat ini, ada 35 merek teh dan tiga varian teh yang digunakan di Kedai Es Teh Jaya Abadi. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menu Favorit

Di kedai kecilnya, Tegoeh menawarkan tiga varian teh: es teh klasik, wedhangan, dan ke barat-baratan. Masing-masing menu memiliki racikan teh berbeda. 

Tidak perlu khawatir dengan harga, karena terbilang sangat terjangkau. Menu teh di sini dijual mulai dari Rp5 ribu, dengan menu paling mahal: green tea latte, dibanderol Rp15 ribu.

Alih-alih menggunakan banyak tambahan esens, ia mengatakan bahwa green tea latte di kedainya justru diolah dari teh hijau asli. "Kita murni pake teh asli. Sebisa mungkin mengurangi esens. Kira-kira 70--80 persen teh, sisanya baru esens," tuturnya.

Menu favorit pelanggan sendiri adalah teh kampul. Teh khas Solo ini disajikan dengan cara dicampur dengan irisan jeruk peras yang masih ada kulitnya. Segelasnya dibanderol hanya Rp7 ribu.

Yang tidak kalah dicari pelanggan adalah teh susu. Teh yang disajikan menggunakan krimer kental manis ini dapat dibeli dengan harga Rp8 ribu saja. 

Saat membuka kedai, Tegoeh mencari cita rasa yang pas untuk lidah orang Bogor. "Ini saya modifikasi, kayaknya lidah orang Bogor enggak begitu suka manis," katanya.

3 dari 4 halaman

Suka Minum Teh

Kecintaan Tegoeh pada teh sudah ada sejak 2008. Ia menyebutkan bahwa sedari lama, keluarganya juga suka meminum teh. Namun, saat itu, ia hanya jadi peminum teh tawar. 

Ketika bersekolah di Solo, ia pelan-pelan bisa membedakan rasa teh berdasarkan wangi, panas, sepet, legi, dan kental alias wasgitel. Cara ini digunakan orang Jawa Tengah untuk menilai rasa pada teh yang disajikan.

Sama halnya seperti kopi, teh juga memiliki rasa autentik jika diminum tanpa gula. Bermaksud memperdalam ilmu teh, Tegoeh pun mulai bertanya pada penjual teh di Solo mengenai spesialis teh. 

"Dikasih tahu ada sommelier tea, namanya Ratna Somantri," ia mengatakan.

Dari situ, pria berumur 34 tahun itu mulai mengikuti Ratna di Instagram dan membeli buku berjudul Teh Kekinian untuk Usaha demi semakin memperdalam ilmunya mengenai teh. "Ternyata teh itu bisa lho dijual dan punya market-nya sendiri," ujarnya.

Ia juga berharap bisa memiliki waktu luang untuk mengikuti kelas yang diadakan Ratna

4 dari 4 halaman

Gaya Vintage

Gaya vintage yang hadir pada kedai teh bukan semata-mata untuk menarik pengunjung, tapi datang dari selera pribadi Tegoeh. Ia menyebutkan bahwa semua perabotan lawas di sana merupakan koleksi pribadi yang dibelinya di Solo.

"Saya suka membeli barang thrift shop, dan dipajang saja di toko. Kalau ada kenapa enggak dimanfaatkan," ucapnya. 

Pemilihan Tegoeh menggunakan barang-barang tersebut juga ternyata dinilai cocok untuk produk yang dijual, sehingga suasana vintage terlihat semakin kental. 

Selain itu, penggunaan nama Jaya Abadi pada kedai dipilih untuk menggambarkan nuansa toko jaman dulu. "Pemilihan itu spontan. Saya berpikir diksi tersebut sangat Indonesia sekali dan tipikal nama toko jaman dulu," ujarnya. 

Tidak hanya mementingkan konsep visual, Tegoeh juga memperhatikan isu lingkungan. Pasalnya, ampas teh yang dihasilkan tidak akan bisa dipakai untuk menyeduh lagi. Maka itu setiap limbah ampas teh yang dihasilkan akan diletakkan di pot tanaman miliknya untuk dijadikan pupuk.

Jadi, sudahkan Anda berkunjung ke kedai teh unik ini?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.