Sukses

Studi: Jejak Karbon Makanan Kering Hewan Peliharaan Lebih Sedikit daripada Makanan Basah

Perubahan kecil dari pemilik hewan peliharaan bisa berdampak besar dalam mengurangi jejak karbon.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi mengungkap memberi makan kucing dan anjing dengan makanan basah memiliki dampak iklim jauh lebih besar daripada makanan kering. Temuan ini menggarisbawahi bahwa perubahan kecil oleh pemilik hewan peliharaan bisa berdampak besar dalam mengurangi jejak karbon.

Penelitian di Brasil mengamati dampak lingkungan, termasuk emisi gas rumah kaca, penggunaan lahan dan penggunaan air dari makanan hewan peliharaan. Studi juga mencatat peningkatan produksi karbon dioksida sebanyak tujuh kali lipat untuk makanan basah dibandingkan makanan kering hewan peliharaan.

"Makanan basah untuk kucing dan anjing memiliki dampak lingkungan terbesar, terutama dibandingkan dengan makanankering," kata studi dari University of Sao Paulo yang dipublikasikan di Scientific Reports, dikutip dari Japan Today, Selasa (29/11/2022).

Penulis penelitian mengamati dampak lingkungan dari pola makan 618 anjing dan 320 kucing di Brasil. Mereka melihat ke dalam makanan hewan peliharaan komersial maupun buatan sendiri, baik basah maupun kering, serta  menilai susunan nutrisi dan kalori dari berbagai diet.

Mereka memperkirakan bahwa seekor anjing seberat 10 kilogram yang mengonsumsi rata-rata 534 kalori per hari akan "bertanggung jawab atas 828,37 kilogram karbon dioksida per tahun saat diberi makanan kering, dibandingkan dengan 6.541 kilogram karbon per tahun untuk makanan basah," kata peneliti.

"Pemilik kucing dan anjing dapat secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari pola makan hewan peliharaan mereka dengan memberi makanan kering yang terdiri dari biskuit daripada makanan basah dengan kandungan air lebih tinggi," katanya.

Hasil studi ini juga menyoroti dampak lingkungan yang luas dari makanan hewani, kebutuhan untuk membuatnya lebih berkelanjutan, dan indikasi bagaimana hal ini dapat dicapai. Menurut situs web PetSecure, yang dikutip penelitian tersebut, Amerika Serikat memiliki populasi anjing terbesar di dunia dengan lebih dari 69 juta dan kucing terbanyak dengan lebih dari 74 juta.

Sementara, China memegang tempat nomor dua untuk keduanya, diikuti Rusia di urutan ke-3.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Makanan Berbahaya untuk Kucing

Kucing sering kali mengeong meminta camilan atau makanan yang sedang disantap pemiliknya. Karena dianggap sebagai anggota keluarga, tak sedikit orang akhirnya berbagi segala sesuatu dengan mereka, termasuk makanan.

Namun faktanya, jangan asal memberi makan kucing, karena ada beberapa makanan yang enak dan sehat bagi manusia, namun tidak sehat, bahkan dianggap beracun bagi hewan berbulu itu.

"Kucing memiliki kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi oleh makanan yang secara khusus memang diformulasikan untuk mereka," tulis Layanan Nutrisi Klinis Hewan di Universitas Missouri, dikutip dari Daily Paws.

Mereka juga memperingatkan pemilik kucing untuk mempertimbangkan kebutuhan secara individual. Hal ini disebabkan beberapa kucing mungkin mengonsumsi makanan tertentu tanpa masalah.

Namun, kucing lain mungkin mengonsumsi makanan yang sama dan mengalami muntah, diare, atau tanda-tanda buruk lain. Misalnya, roti yang mengandung ragi bisa menyebabkan gas menumpuk dalam sistem pencernaan kucing.

Hal ini bisa menyebabkan perut kembung, bahkan melilit yang merupakan kondisi yang berpotensi fatal. Selain itu, ragi juga menghasilkan alkohol yang akan membuat masalah tersendiri, termasuk muntah, diare, kesulitan bernapas, koma, bahkan kematian.

3 dari 4 halaman

Cokelat

Mengutip kanal Citizen Liputan6.com, cokelat juga sebaiknya tidak diberikan pada kucing karena mengandung zat yang disebut methylxanthines, khususnya theobromine dan kafein. Zat ini beracun bagi hewan peliharaan dan dapat menyebabkan mulai dari muntah, diare, tremor, kejang, hingga kematian.

Kandungan methylxanthines bervariasi di antara berbagai jenis cokelat. Bubuk kakao termasuk yang paling berbahaya, sementara cokelat putih yang paling sedikit. 

Sama seperti cokelat, kopi mengandung kafein methylxanthine dan dengan demikian dapat memiliki efek yang sama seperti cokelat. Buah citrus, yaitu jeruk, lemon, limau, dan jeruk bali mengandung asam sitrat dan minyak esensial yang bisa menyebabkan masalah pada kucing.

Batang, daun, kulit, buah, dan bijinya sangat dihindari. Konsumsi dalam jumlah kecil pun kemungkinan akan menyebabkan sakit perut.

Selain itu, santan dan daging kelapa segar juga bisa menyebabkan masalah pencernaan pada hewan peliharaan, meski dikonsumsi dalam jumlah kecil. Air kelapa memiliki kandungan tinggi kalium, sehingga aman untuk hewan peliharaan, sedangkan minyak kelapa mungkin bermanfaat untuk beberapa masalah kulit kucing

Tapi, hal tersebut perlu dibicarakan dengan dokter hewan sebelum menggunakannya ke campuran makanan kucing.

4 dari 4 halaman

Produk Susu dan Kacang

Memberi makan kucing dengan produk susu pun bisa menyebabkan masalah pencernaan, karena banyak kucing yang tidak toleran terhadap laktosa dan tidak bisa memproses produk susu dengan tepat. Pendekatan yang paling aman, yakni dengan menghindarinya, tapi pemilik hewan dapat bertanya pada dokter apakah ada alternatif bebas laktosa yang dapat diterima kucing.

Hati-hati juga dengan jenis kacang-kacangan, termasuk almond dan walnut, yang kaya akan minyak dan lemak yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Jenis ini bahkan berpotensi menyebabkan pankreatitis pada kucing.

Perlu diingat, pemilik hewan juga harus mengindari memberi telur mentah yang mungkin terkontaminasi bakteri Salmonella. Tanda-tanda infeksi bisa meliputi muntah, diare, dan demam. Telur mentah diketahui mengandung avidin, enzim yang menghalangi kucing menyerap biotin, vitamin penting untuk kesehatan kulit dan bulunya.

Mirip dengan telur mentah, daging mentah atau setengah matang dapat terkontaminasi bakteri Salmonella dan E. coli. Layanan Nutrisi Klinis Hewan mengatakan, mereka sering melihat tanda-tanda gastrointestinal, seperti diare pada hewan peliharaan yang mengonsumsi makanan berbahan dasar daging mentah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.