Sukses

Homestay Unik di Borobudur, Bayar Biaya Menginap Pakai Ilmu

Program "menginap gratis" di homestay Jaswan Inn, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah ini berlaku hanya untuk semalam.

Liputan6.com, Magelang - Berwisata sambil berbagi ilmu jadi program yang diusung pemilik homestay Jaswan Inn, Andreas Aan Sugiarto. Akomodasi dengan konsep unik tersebut berada di Desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Guna menarik wisatawan menginap di homestay-nya, sekaligus memberi manfaat pada warga sekitar, pria berusia 40 tahun ini menjalankan program yang disebut Gunadarma. Ini memungkinkan para tamu menginap secara gratis selama satu malam.

Syaratnya, mereka harus berbagi ilmu dengan anak-anak di sekolah lokal. Homestay milik Andreas ini  memang bersebelahan dengan sekolah pariwisata. Sebelum pandemi COVID-19, para tamu acap kali mengajar di sekolah tersebut selama dua jam jika ingin menginap gratis satu malam.

Ilmu yang dapat diberikan pun sangat beragam dan tidak dibatasi sebatas pengetahuan formal. Para tamu asing biasanya mengajarkan bahasa Inggris pada para siswa. Tamu-tamu juga bisa mengajarkan hal lain, seperti menulis dan mendongeng.

"Dulu yang pernah kerja sama dengan saya adalah para tamu asing. Jadi, saya bawa mereka ke sekolah. Nanti dalam waktu dua jam kurang, mereka duduk dan para siswa aktif bertanya,” kata Andreas saat ditemui di homestay miliknya, Jumat, 25 November 2022.

Dengan demikian, tamu bisa berbagi manfaat pada warga sekitar, khususnya para siswa, sekaligus menghemat biaya homestay untuk satu malam. Andreas bercerita bahwa homestay miliknya mulai dibangun tahun 2017, dan resmi beroperasi pada 17 Agustus 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mulai Buka pada 2018

Lebih lanjut Andreas berkata, "Sebenarnya sudah ready sebelumnya (tanggal buka resmi), tapi saya pilih tanggal 17 Agustus supaya mengingatnya mudah, pas perayaan kemerdekaan Indonesia."

Awalnya, homestay ini hanya terdiri dari satu kamar dan satu dapur. Namun kini, akomodasi tersebut juga menawarkan penginapan dua kamar yang biasanya diminati banyak wisatawan asing.

Menambah suasana asri, homestay ini memiliki halaman kecil dengan berbagai macam tumbuhan. Di depan halaman ada dapur umum yang cukup luas.

Sementara, di atas dapur ada gazebo yang dilengkapi tempat duduk untuk bersantai. Secara visual, tempat bermalam ini terlihat warna-warni karena terinspirasi dari bangunan di Amerika Latin.

"Kenapa temanya seperti ini? Ini terinspirasi dari perjalanan saya sewaktu bekerja di kapal," Andreas memaparkan. "Di Amerika Latin, saya menemukan bangunan berwarna warni, jadi semua corak di sini berwarna-warni, tidak seperti Jawa yang warnanya gelap."

Kendati demikian, kamar-kamar yang disewakan untuk wisawatan tetap membawa nuansa lokal, mengingat mereka diberi nama berdasarkan tokoh pewayangan.

3 dari 4 halaman

Pandawa dan Rama Sinta

Di kiri dapur, ada dua kamar untuk disewakan. Kamar pertama diberi nama Pandawa karena memiliki empat kasur sesuai jumlah pandawa atau anak pandu dalam kisah pewayangan.

"Sebenarnya pandawa ada lima ya, tapi saya ambil nama Pandawa di kamar ini biar ramai (bisa diisi banyak orang)," Andreas mengatakan.

Kamar berikutnya diberi nama Rama Sinta karena kamar tersebut diperuntukkan bagi dua orang. Kamar ini memiliki satu ranjang kayu dengan ukiran Jawa berwarna-warni. Ranjang dilengkapi kelambu agar tamu bebas dari gigitan nyamuk. Tersedia pula kursi kayu dan meja kecil, serta toilet.

Awalnya, Andreas hanya mengembangkan usahanya sendiri. Namun, sejak tergabung dalam program Kita Muda Kreatif (KMK), ia memiliki relasi lebih luas dan dapat terhubung dengan pemilik homestay lainnya.

KMK sendiri merupakan program inisiasi United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang bekerja sama dengan Citi Indonesia.

4 dari 4 halaman

Kerja Sama dengan Pemilik Homestay Lain

Dengan program ini, Andreas bisa berbagai ilmu soal bisnis homestay, mulai dari pemasaran, penyajian makanan, hingga serba-serbi lainnya. "Dulu saya kerja sendiri, sekarang saya mendapatkan banyak relasi dari homestay yang lain di sekitar sini. Dulu kalau ada tamu ya yang saya pikirkan homestay sendiri," ia mengaku

"Tapi, ketika saya masuk grup yang isinya pengelola dan pemilik homestay di kawasan Borobudur, itu saya lebih mudah. Ketika saya kelebihan tamu, saya informasikan di grup dan di grup itu kemudian terjadi kerja sama," imbuhnya

Kerja sama antar pemilik homestay tak hanya sebatas masalah tamu. Suplai makanan pun menjadi salah satu fokus kerja sama. Homestay Andreas selalu menyajikan jajanan maupun kue tradisional, seperti clorot yang disukai para tamu.

"Clorot ini dari salah satu pemilik homestay yang tergabung dalam grup itu, namanya Pak Martoyo, itu clorot yang paling terkenal di Borobudur," tuturnya. "Ini kita lakukan sebagai upaya untuk tetap melestarikan perekonomian di sini. Clorot ini nanti kemungkinan akan jadi wajib di setiap homestay."  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.