Sukses

Presiden Korea Selatan Resmi Minta Maaf Atas Tragedi Pesta Halloween di Itaewon

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyatakan akan menuntut para pihak bertanggung jawab atas tragedi pesta Halloween di Itaewon.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol meminta maaf secara resmi kepada masyarakatnya pada Senin (7/11/2022) atas tragedi pesta Halloween di Itaewon. Ia mengatakan akan menjamin investigasi yang menyeluruh terkait insiden mematikan itu dan meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang semestinya bertanggung jawab.

Yoon Suk-yeol menyatakan hal itu dalam pertemuan yang digelar untuk meninjau pengendalian massa dan peraturan keselamatan lainnya setelah tragedi yang menewaskan 156 orang pada Sabtu malam, 29 Oktober 2022. Pertemuan itu juga dihadiri oleh perdana menteri, menteri keuangan, menteri dalam negeri, sejumlah anggota kabinet, pakar sipil tentang masalah bencana dan keselamatan, serta polisi garis depan dan petugas pemadam kebakaran, dan pembuat kebijakan utama Partai Kekuatan Rakyat. 

"Saya tidak berani membandingkan diri saya dengan orangtua yang kehilangan putra-putrinya, tetapi sebagai presiden yang harus melindungi kehidupan dan keselamatan rakyat, saya berduka dan hati saya berat," katanya, dikutip dari Yonhap.

"Saya meminta maaf dan meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan yang menghadapi tragedi yang tak terlukiskan dan kepada bangsa yang berbagi rasa sakit dan kesedihan."

Pernyataan itu dilihat sebagai permintaan maaf resmi pertamanya kepada negara, meskipun sebelumnya sudah meminta maaf dalam sambutannya selama upacara peringatan kematian korban secara Buddha dan Kristen.

Yoon kembali menyerukan kepada jajarannya untuk menangani dampak dari tragedi Itaewon secara bertanggung jawab. Ia juga mendesak untuk memperbaiki peraturan antibencana dan keselamatan yang sudah ada untuk membuat negara lebih aman.

"Khususnya, untuk melindungi keselamatan masyarakat, kita membutuhkan inovasi besar dalam cara polisi bersiap menghadapi risiko dan mencegah kecelakaan," katanya. "Saya akan memastikan kebenaran ditentukan secara menyeluruh mengenai tragedi ini dan mengungkapkan prosesnya kepada publik secara transparan tanpa meninggalkan jejak keraguan."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kegagalan Komunikasi

Yoon tidak menyebutkan caranya untuk mengungkapkan kebenaran. Sejauh ini, polisi telah memeriksa secara internal dan menyelidiki kesalahan dalam penanganan bencana tersebut.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel mengakui jaringan komunikasi pemerintah tidak bekerja secara benar saat bencana kerumunan terjadi. Negeri itu pada 2021 meluncurkan sistem yang dinamakan Jaring Aman Korea, setelah insiden tenggelamnya feri Sewol pada 2014 yang menewaskan 304 orang.

Sebanyak 1,5 triliun won (sekitar Rp16,7 triliun) dialokasikan untuk menyiapkan jaringan tunggal yang memungkinkan komunikasi waktu nyata antara delapan lembaga terkait bencana, termasuk polisi, pemadam kebakaran, militer, dan badan pemerintah lainnya. Tujuannya adalah mengoordinasikan respon cepat di antara lembaga-lembaga untuk kecelakaan dan bencana.

"Secara teknis, setiap agensi yang termasuk dalam jaringan dapat melakukan panggilan telepon dengan menekan tombol, tetapi sistem itu tidak digunakan dengan baik kali ini," kata Kim Seong-ho, seorang pejabat senior di kementerian dalam negeri, dikutip dari Korea Times.

Akibat tragedi itu, setidaknya 156 orang meninggal dunia, 26 di antaranya adalah warga asing. Sementara, hampir 200 orang terluka akibat berdesak-desakan di gang sempit.

 

3 dari 4 halaman

Panggilan Warga

Panggilan pertama dari masyarakat ke pusat panggilan darurat 112 mulai masuk pada pukul 18.34, waktu setempat. Panggilan itu meminta polisi untuk mengendalikan kerumunan di Itaewon dan disusul panggilan lain yang total berjumlah 11 orang.

Panggilan darurat pertama yang melaporkan bahwa orang-orang sekarat dalam keramaian ditempatkan ke 119 pada 22.15 malam. 86 menit setelah panggilan itu, panggilan pertama dilakukan melalui jaringan komunikasi antar-lembaga pemerintah pada pukul 23.41 malam.

"Sangat disesalkan bahwa sistem yang efisien seperti itu tidak digunakan secara efektif pada saat bencana. Harus ada investigasi atas hal ini," kata Bang Moon-kyu, menteri koordinasi kebijakan pemerintah.

Sementara, Badan Pemadam Kebakaran Nasional mengklaim bahwa polisi tidak memberikan dukungan yang cukup dalam menangani situasi darurat, meskipun dinas pemadam kebakaran menghubungi mereka 15 kali untuk meminta kerja sama. Diketahui panggilan dari damkar kepada polisi dilakukan pada pukul 22.18, waktu setempat.

Badan pemadam kebakaran membua panggilan ke Badan Kepolisian Nasional, Kantor Polisi Metropolitan Seoul dan Kantor Polisi Yongsan, meminta lebih banyak petugas untuk dikerahkan di Itaewon. Namun, aparat penegak hukum tidak segera merespons.

4 dari 4 halaman

Di Mana Para Polisi?

Komisaris Badan Kepolisian Nasional Yoon Hee-keun, yang tidak bertugas pada hari itu, berada di lokasi perkemahan Jecheon, Provinsi Chungcheong Utara, sekitar 120 kilometer dari Seoul. Setelah tertidur sekitar jam 11 malam, Yoon tidak bisa dihubungi sampai lewat tengah malam.

Seorang petugas di ruang situasi darurat agensi mengirim pesan teks kepadanya pada pukul 11:32 malam, dan kemudian melakukan panggilan telepon pada pukul 11:50 malam. Yoon baru kembali ke Seoul setelah menerima panggilan telepon pada pukul 00.14 dini hari. Ia lalu menggelar rapat darurat sekitar pukul 02.30 dini hari, lebih dari empat jam setelah kerumunan mematika terjadi.

Inspektur Ryu Mi-jin, yang bertanggung jawab atas ruang situasi Badan Kepolisian Metropolitan Seoul pada saat kejadian, juga dituduh melalaikan tugasnya. Di bawah protokol, dia seharusnya berada di ruang situasi yang terletak di lantai lima kantor pusat agensi mulai pukul 6 sore sampai pukul 1 pagi keesokan harinya, tetapi penyelidikan awal mengungkapkan bahwa Ryu berada di kantornya sendiri di lantai 10. Dia dilaporkan diberitahu tentang insiden di Itaewon sekitar pukul 23.40.

Lee Im-jae, mantan kepala Kantor Polisi Yongsan, telah diberhentikan sementara dari jabatannya karena tanggapannya yang terlambat. Lee awalnya diberitahu tentang situasi sekitar pukul 21.30, saat makan malam di dekat kantor polisi. Dia tiba di tempat kejadian sekitar pukul 23.05, sekitar 50 menit setelah kejadian. Dia memaksa datang ke lokasi menggunakan mobilnya walau sudah tahu jalanan macet.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.