Sukses

Desainer Musa Widyatmodjo Rancang Jubah Tenun Garut untuk Paus Fransiskus

Mendesain jubah tenun Garut untuk Paus Fransiskus juga dijadikan kesempatan bagi desainer Musa Widyatmodjo untuk memperkenalkan wastra Nusantara.

Liputan6.com, Jakarta - Musa Widyatmodjo berkesempatan mendesain dan mewujudkan kasula atau jubah untuk Pemimpin Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus. Momen tersebut sekaligus digunakan sang desainer senior Tanah Air itu untuk memperkenalkan wastra Nusantara.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com baru-baru ini, Musa Widyatmodjo mengangkat tenun Garut yang dibuat menggunakan material sutra. Ada pun produksi kain tenun Garut ini dibuat dengan cara tradisional, yakni menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Pembuatan tenun Garut dengan ATBM memang membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam proses pengerjaannya. Hasil tenun sutra Garut memiliki ciri berupa permukaan tiga dimensi.

Inovasi tersebut yang lantas membuat kain sutra Garut kembali populer. Sebelumnya, kain sutra Garut ini sempat turun eksistensinya di era 70-an.

"Tenun Garut merupakan karya industri rumahan dengan hasil material kain yang berkualitas. Setiap helai benang ditenun dengan rasa cinta dan keahlian yang menghasilkan helai kain yang memiliki 'jiwa' dan pantas untuk dijadikan material Kasula Bapak Suci Sri Paus Fransiskus," terang Musa Widyatmodjo.

Desainer yang telah berkiprah di dunia fesyen lebih dari 30 tahun tersebut juga menjelaskan bahwa tenun jacquard sutra yang ia pilih memiliki tekstur yang membentuk motif geometrik white on white. Sentuhan tersebut yang terlihat tegas sekaligus anggun. Bukan hanya tenun Garut, Musa juga menghadirkan nuansa wastra Indonesia lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tenun Songket Bali

Hal tersebut tercermin dari penggunaan tenun songket Bali dengan dasar putih bermotif benang emas untuk stola. "Saya memilih tenun Bali karena saya melihat Bali dikenal dengan kehidupan yang penuh kedamaian seiring dengan kesadaran bertoleransinya," jelas Musa Widyatmodjo.

"Ini sekaligus mewakili keprihatinan saya atas situasi yang berkembang di banyak sudut dunia yang seperti kehilangan cinta kasih dan toleransi pada sesama," lanjutnya.

Kasula ini dipersembahkan oleh Stephanie Kesuma dan diserahkan langsung kepada Paus Fransiskus pada Oktober 2022. Selain, Paus Fransiskus, Musa juga didaulat membuatkan kasula untuk Govenor Vatican City Uskup Agung Fernando Vergez Alzaga dan Father Marchin Schmidt yang ia rancang dengan menggunakan tenun Garut dengan kombinasi batik Pekalongan.

Sementara, dikutip dari Fimela, Musa merampungkan pendidikan fesyen di Drexel University, Philadelphia, Amerika Serikat. Pada 1991 silam, ia mulai membangun label M by Musa.

"Waktu itu, saya tidak pernah memikirkan apakah karya saya bisa diterima oleh masyarakat. Yang terpikir oleh saya hanyalah membuat karya dan berusaha," katanya.

3 dari 4 halaman

Tentang Musa

Musa merasa fesyen adalah passion ketika ia menempuh studi di Negeri Paman Sam. Semuanya berawal dari kekagumannya pada fesyen.

"Dalam kepala saja, saat di Amerika tahun 84 saya melihat buku Lady Diana, wawasan saya terbuka. Tante saya nanya, 'kamu enggak mau belajar fashion?'. Saya tanya, 'Memang ada sekolah fashion?' tante saya bilang ada sekolah universitas khusus fashion. Karena orangtua saya memang kan maunya saya masuk universitas," katanya.

Berawal dari sebuah mesin jahit milik sang ibu, serta hanya bertempat di garasi rumahnya, Musa Widyatmodjo memulai kariernya di dunia fashion. Dari garasi rumah tersebut kini Musa memiliki sebuah PT yang diberi nama PT Musa Atelier yang membawahi beberapa lini, yakni Musa Widyatmodjo, lalu M by Musa, dan Musa Co.

"Awalnya jahit orang biasa-biasa aja. Lalu mendapatkan tawaran untuk masuk ke Pondok Indah Mall, kalau enggak salah tahun 1992. Saya menawarkan barang, kemudian saya menyanggupinya. Enggak punya pengalaman apapun juga, dan bersyukur berhasil," lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Bangun Lini Fesyen

Musa juga berkisah mengenai membangun lini bisnis fesyen sendiri. "Kalau susah sih iya, tapi saya dibantu oleh keluarga, partner bisnis, karyawan, itu semua sudah sangat "wow"" katanya.

"Modal menurut saya tidak pernah cukup. Karena intinya begini, tidak ada sesuatu yang dimulai secara instan, kemudian dalam waktu yang sangat singkat, dan jarang sekali orang yang mau membantu tanpa mengetahui dulu, kecuali ibu dan bapak, keluarga," tambah Musa.

Sang desainer turut mengungkapkan pula tips sukses versinya. "Kamu harus tahu apa yang kamu mau. Karena itu yang akan menentukan segala-galanya. Kamu mau sukses? Caranya bagaimana? Kan kamu yang harus tahu, karena setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda," ungkap Musa.

"Banyak kok desiner, banyak yang berhasil dan banyak yang gagal. Aku harus tahu apa yang aku mau. Aku harus kerjakan yang aku mau. Aku harus investiasi untuk apa yang aku mau. Investasi bukan cuma soal uang, tapi juga ilmu, networking. Selain tekun dan sabar, karena enggak ada yang instan," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.