Sukses

Tempe Mendoan Karya Ilustrator Asal Semarang Jadi Google Doodle

Tempe mendoan merupakan sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Google Doodle hari ini menampilkan tempe. Ilustrator asal Semarang, Jawa Tengah, Reza Dwi Setyawan sengaja mengangkat tempe mendoan sebagai cara untuk merayakan makanan fermentasi berusia 400 tahunan itu.

Dikutip dari Google.com, Reza yang memiliki akun Instagram @maskrib itu menjelaskan makna ilustrasi yang dibuatnya. "Sebagai orang Indonesia, hampir setiap hari tempe ada di piringku, terutama tempe mendoan sebagai lauk. Punya kesempatan untuk membuat ilustrasi tentang sesuatu yang sangat dekat denganku itu jelas sangat menarik," ujarnya.

Ia berusaha merangkum emosi dan pengalam sehari-hari dalam karya grafisnya. Khusus tentang tempe, ia mengilustrasikan apa yang dilihatnya setiap hari, bagaimana masyarakat berinteraksi, dan  menemukannya setiap hari.

"Aku harap tempe menjadi lebih dikenal di luar Indonesia. Tempe adalah makanan sederhana dengan manfaat yang luar biasa," kata Reza. Ia pun merasa sangat bahagia dan masih tak percaya bisa membuat ilustrasi tersebut untuk Google.

Tempe terdokumentasi pertama kali pada 1600an di Desa Tembayat, Klatien, Jawa Tengah di Serat Centhini. Itu adalah kompilasi dua belas volume cerita dan ajaran Jawa, ditulis dalam syair dan diterbitkan pada 1814. Orang biasanya mengonsumsi tempe sebagai pengganti daging, dimakan bersama nasi dan sayur-sayuran. Sementara, tempe mendoan merupakan makanan khas Banyumas.

Ahmad Tohari, penulis sekaligus budayawan dari Banyumas mengatakan bahwa mendoan ditemukan saat proses membuat keripik tempe. Dalam proses menggoreng keripik, tempe digoreng setengah matang. Baru setelah dingin, tempe digoreng lagi. Tohari yang pernah tinggal di dekat sentra keripik tempe di Purwokerto mengaku kini camilan itu kalah pamor dari mendoan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Warisan Budaya Tak Benda

Sajian yang namanya berasal dari bahasa Jawa "mendo," yang berarti setengah matang. Menurut Tohari, tempe yang digunakan sebagai mendoan tidak padat seperti tempe biasa. Tempe dibuat jadi lembaran tipis dan lebar, serta dibungkus menggunakan daun pisang. Tempe jenis ini biasanya digunakan untuk membuat keripik tempe dan mendoan.

Adonan tepung tempe mendoan pun bukan menggunakan tepung terigu, melainkan tepung beras. Warna kulit mendoan khas Banyumas berwarna putih tanpa campuran pewarna. Awalnya, tempe dimakan dengan cabai rawit mentah sebagai pendamping. Seiring waktu, penyajiannya pun divariasikan dengan saus kecap dengan irisan cabai dan bawang merah.

Tempe mendoan resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) pada Oktober 2021. Penetapannya mengacu pada hasil Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.

"Mendoan akhirnya terdaftar sebagai WBTb kategori 'Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional' setelah mengalami perjalanan panjang. Proses pengusulannya dilakukan sejak 2020," kata Kepala Seksi Nilai Tradisi Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Mispan, lapor Antara.

 

 

3 dari 4 halaman

Manfaat Kesehatan

Sederet manfaat dijabarkan Amadeus Diandro Ahnan Winarno, co-founder Tempe Movement. Salah satunya soal kandungan fitoestrogen yang kerap disalahartikan sebagai estrogen.

"Ini yang digosipkan sebagai fitoestrogen, yang bikin takut memengaruhi kesuburan lelaki. Padahal, bukan persis estrogen, tapi molekulnya hanya mirip... Karena dari tanaman, si ilmuwannya bilang ya udah fitoestrogen. Ini yang bikin salah kaprah, jadi salah di branding-nya menurut saya," ujar lelaki yang akrab disapa Andro dalam Nutriclass Sesi 3: Sustainable Living for a Healthier Life, secara virtual Kamis, 27 Oktober 2022.

Faktanya, fitoestrogen adalah senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Nama lainnya adalah isoflavon. Kandungannya sudah ada dalam kedelai, tetapi jumlahnya dilipatgandakan melalui proses fermentasi. Senyawa itu, menurut Andro, ibarat senyawa bonus bagi tubuh, berbeda dengan makronutrien dan mikronutrien yang bila tidak dipenuhi, akan berefek gangguan kesehatan.

"Badan kita enggak minta, tapi kalau kita kasih, badan akan makin sehat," ucapnya.

Isoflavon banyak diteliti soal manfaatnya mencegah risiko kanker paru-paru dan kanker prostat. Di luar itu, tempe juga kaya akan vitamin B2, asam folat, kalsium, prebiotik, hingga serat. "Seratnya tingkatkan bakteri baik, antioksidannya menurunkan bakteri buruk," jelas dia yang akan berefek pada menurunkan risiko obesitas, kesehatan pencernaan, malnutrisi, anemia, kesehatan tulang, kesehatan jantung, dan lain-lain.

4 dari 4 halaman

Promosi Wisata Gastronomi

Setelah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan akan mempersiapkan berbagai langkah untuk menjadikan tempe sebagai daya tarik wisata gastronomi.  

"Gastronomy-based tourism bisa dikembangkan berbasis tempe karena variasinya banyak sekali, dan tempe favorit di berbagai belahan dunia," kata Menparekraf dalam Weekly Press Briefing, Senin, 1 November 2021.

Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf Joshua Puji Mulia Simanjuntak menambahkan, bahwa tempe akan dipromosikan secara integral dalam Indonesia Spice Up The World. Pihaknya menggandeng komunitas Fermenusa untuk menyiapkan sejumlah materi kampanye tentang tempe.

"Kita sudah merencanakan untuk di tahun 2022 melakukan beberapa kegiatan, mulai dari kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan perwakilan negara-negara sahabat di Indonesia dan nanti kita gabungkan dengan menciptakan materi-materi kampanye tempe," ia menerangkan.

Josua menyatakan tujuan utama dari kampanye tempe itu pada akhirnya adalah untuk membawa tempe ke pasar global. Mulai dari hulu sampai hilir yang berkaitan dengan tempe disiapkan agar bisa terdistribusi ke pasar global.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.